49.

3.8K 496 45
                                    

"Yampun, kak. Kamu murung mulu. What's wrong?" tanya Aurel pada Bianca yang kini sedang diam termenung.

Kini Bianca sedang berada di tempat tinggal Aurel. Tapi sejak tadi, Bianca lebih banyak diam termenung.

"Aku kalah, Rel," ucap Bianca lemas.

"Lawannya siapa sih emangnya? Kok udah nyerah,"

"Lawannya orang yang punya apa yang aku gak punya, Rel."

"Coba cerita,"

Bianca pun mulai menceritakan semuanya.

"Itu sih parah banget, kak. Aku rasanya pengen pukul." kesal Aurel setelah mendengar cerita Bianca. "Bagaimana bisa dia udah menjalin hubungan dengan kakak dan malah ke hotel sama orang lain."

"Mungkin bukan aku yang dia mau. Karena pasti kalo aku yang dia mau, dia pasti tahu bagaimana menjaga perasaan aku."

"Dia gak pantes dapetin kamu, kak."

"Terus pantesnya sama siapa? Kamu?"

"Boleh. Will you marry me?"

"Gak dulu deh."

"Jadi ini rasanya ditolak nikah."

"Nyindir?"

"Hahaha," keduanya pun meledakkan tawanya karena merasa lucu dengan isi dari obrolan mereka.

"Pantes aja kamu balik lagi kesininya cepet, jadi karena ini. Kamu lepas pujaan hati kamu itu?"

"Menurut kamu? Apa masih ada yang harus dipertahankan?"

Aurel menganggukkan kepalanya setuju. "Kamu benar, hubungannya sudah terlalu rusak."

Bianca menganggukkan kepalanya. "... Setelah ini aku juga udah memutuskan untuk menetap disini. Sekarang udah gak ada alasan lagi untuk aku pergi dari sini. Biarkan Levin pada posisinya sekarang. Sekarang waktunya kita untuk fokus ke production house."

"Yeayyy!" sorak Aurel antusias.

Bianca yang melihat bagaimana antusiasnya Aurel pun hanya dapat terkekeh. "Reaksi kamu sama kayak Miel kalo dikasih mainan,"

"Miel siapa?"

Bianca menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan ingatannya agar tak mengingat apapun lagi yang berhubungan dengan Alina, termasuk Miel.

"Ah, enggak. Yuk keluar, aku butuh udara segar,"

"Biasanya orang patah hati emang butuh itu, kak," ucap Aurel disertai dengan ledekannya.

"Terus aja ledek, Rel,"

~~~

Saat ini Zee tengah berada di mall sehabis makan siang dan mencari baju. Tiba-tiba saja dirinya berpapasan dengan Alina yang tampaknya sedang berbelanja ditemani dengan Miel dan juga bu Sum. Ingin pura-pura tidak kenal dengan Alina, dan berlalu begitu saja, namun Miel sudah lebih dulu memanggilnya.

"Abang Zee!" panggil Miel dengan antusias.

"Hai, boy," sapa Zee balik. Mau tak mau, Zee pun akhirnya menghampiri mereka.

Mendengar bagaimana Zee menyapa balik Miel, seketika itu membuat Alina mengingat Bianca. Bianca lah yang biasa memanggil Miel dengan sebutan boy.

"Hai, bu Sum," tak lupa Zee pun juga menyapa bu Sum.

"Iya, mas," jawab bu Sum.

Namun, setelahnya Zee tak menyapa Alina juga, ia mengabaikan Alina seolah Alina tak ada diantara mereka.

my love single motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang