19.

7.3K 651 28
                                    

Beberapa hari yang lalu Bianca pergi keluar negeri untuk mengunjungi seseorang yang mengirimkannya amplop berisikan alamat serta tiket pesawat ke apartementnya. Yang Bianca tidak tahu siapa pengirimnya.

Tanpa ragu, dan merasa penasaran, ia pikir hitung-hitung untuk pergi liburan juga. Ia pun akhirnya mengutuskan untuk pergi.

Jepang.

Negara yang akan ia datangi itu adalah jepang. Bianca pun mencoba mengingat-ingat barangkali ia mempunyai kenalan orang jepang yang mungkin mengirimkannya tiket pesawat ini. Namun sepertinya Bianca tak mempunyai kenalan orang jepang.

Dan saat sampai di Jepang dan menuju ke lokasi alamat yang tertera, yang ternyata adalah sebuah gedung perusahaan. Bianca pun menjadi semakin penasaran dengan siapa orang yang mengirimkan amplop tersebut.

Tibalah akhirnya Bianca bertemu dengan seseorang yang mengirimkannya amplop tersebut, yang ternyata telah menunggu kedatangannya.

Saat melihat orang tersebut, Bianca hanya bisa berdiri kaku.

Papahnya.

Ya, sang pelaku pengirim amplop tersebut tak lain adalah papahnya. Orang yang sudah Bianca tak lagi lihat sejak ia berumur 5 tahun, sejak orang tersebut mengutuskan untuk pergi meninggalkannya. Setelah sekian lama, akhirnya ia kembali bertemu dengan sang papah, yang bahkan Bianca sudah mulai lupa-lupa ingat dengan wajah papahnya tersebut.

Entah papahnya itu tahu dari mana alamat apartemennya, hingga ia bisa mengirimkan amplop tersebut. Bianca tak tahu.

Papah Bianca tersebut bernama lengkap Adhitama Abilene atau akrab disapa Tama. Tama sendiri memilih mengutuskan untuk menetap di sini setelah mempunyai keluarga baru, yang kebetulan sang istri adalah orang asli negara tersebut. Dari pernikahannya tersebut, Tama dikaruniai satu anak laki-laki, yang sayangnya anak tersebut memiliki penyakit kronis hingga harus mendekam di rumah dan bulak-balik ke rumah sakit, atau bahkan terkadang harus dirawat.

Tama sendiri memiliki perusahaan yang cukup besar dan sukses. Dengan kondisinya yang sudah sakit-sakitan dan tidak ada pewaris lain selain Bianca yang bisa diandalkan, Tama pun berbulan-bulan mencari Bianca, dibantu oleh orang suruhannya.

Anggaplah Tama egois. Mencari Bianca hanya untuk bisnisnya. Namun tak hanya itu maksudnya, sebenarnya Tama juga bermaksud memberikan hartanya untuk Bianca karena ia tak pernah memberikan Bianca apa-apa selama ini.

"Sudah lama kita tidak bertemu. Kamu sudah besar, dan kamu tumbuh dengan baik." ucap Tama saat baru pertama kali setelah sekian lama bertemu dengan Bianca kembali.

Bianca pun bingung harus merespon seperti apa. Kini perasaannya seperti bercampur aduk.

Bianca senang, ia kini bisa melihat kembali sosok papah yang sedari dulu sangat ingin ia lihat kembali. Bianca juga marah, kenapa papahnya dulu pergi meninggalkan dirinya dan ibunya pada saat itu. Bianca juga sedih, setelah sekian lama akhirnya ia bertemu sang papah kembali, sekarang keadaan sang papah kini sudah tak sehat lagi.

Tama sangat ingin memeluk Bianca, namun saat Tama ingin memeluknya, Bianca menghindar.

"Sorry, i cant," ucap Bianca setelahnya.

Tama pun mengangguk mengerti. Bianca belum terbiasa dengan dirinya. Dirinya bahkan tak lain sudah terhitung bagaikan orang asing di hidup Bianca. Apalagi mereka berpisah saat Bianca masih kecil, dan bertemu kembali saat Bianca sudah dewasa.

"Tinggallah sama papah, nak," pinta Tama.

Bianca menggelengkan kepalanya. "Saya punya kehidupan sendiri di sana."

"Tapi papah sudah tidak sehat seperti dulu lagi, nak. Sudah seharusnya kamu sebagai anak papah mewariskan perusahaan papah,"

"Aku gak perlu."

my love single motherWhere stories live. Discover now