48.

3.9K 522 53
                                    

Bianca kini tengah khawatir sekali, karena panas di tubuh Miel sejak sedari tadi sore belum juga kunjung turun, malah semakin panas. Padahal Miel sudah meminum obat dan sudah dikompres sejak tadi.

Bu Sum menelponnya tadi, dan memberitahunya bahwa Miel sakit. Dengan segera, Bianca pun pergi ke rumah Alina untuk mengecek kondisi Miel. Bianca yang kala itu sedang di rumah Zee pun sampai harus meminjam motor Zee agar ia lebih cepat sampai.

Bukan tanpa alasan bu Sum menghubungi Bianca, itu karena Alina yang tak bisa dihubungi. Jadilah bu Sum menghubungi Bianca. Karena niatnya bu Sum ingin membawa Miel ke rumah sakit, namun Alina tak bisa dihubungi. Ingin langsung membawa, tapi bu Sum tidak memegang uang banyak.

Tangan Bianca sendiri sudah kembali mengeluarkan darah, karena ia tadi pergi menggunakan motor, mau tak mau tangganya harus kembali sakit karena ia gunakan untuk menekan gas motor. Namun Bianca mengabaikan itu, karena fokusnya sekarang benar-benar hanya untuk Miel.

Alina belum kunjung pulang, padahal Bianca sudah berusaha menghubunginya sejak tadi, namun sepertinya Alina sedang tidak memainkan ponselnya, jadi ia tidak tahu bahwa Bianca sudah menghubunginya berpuluh-puluh kali.

Ting!

Tiba-tiba saja notifikasi chat dari ponsel Bianca berbunyi. Bianca pun segera memeriksa chat tersebut yang siapa tahu dari Alina.

Namun ternyata chat tersebut dari Leo.

CikiLeo

Bi Alina ada di hotel xxx
sama Adrian

Tiba-tiba saja jantung Bianca terasa mencolos dari tempatnya dan nafasnya seketika tercetak, setelah membaca isi pesan dari Leo.

CikiLeo

Dia masuk ke kamar nomer xxx

Air mata Bianca pun jatuh, bahunya bergetar. Ini begitu sakit untuknya.

Tadi Bianca mengutus Leo untuk mencari keberadaan Alina, karena Bianca sudah tidak tahu lagi harus memberitahu Alina bagaimana bahwa Miel sakit. Tapi Bianca tak menyangka akan berakhir seperti ini.

Bianca pun menghampiri pak Dandi dan bu Sum yang kini tengah menjaga Miel yang sedang tertidur sambil merintih.

"Pak Dandi tolong anter bu Sum ke rumah sakit ya. Pakai ini." Bianca memberikan kartu atm nya kepada pak Dandi. "Pak Dandi sama bu Sum jangan lupa kabarin aku kalo ada apa-apa. Aku samperin Alina dulu, nanti aku nyusul,"

"Iya, neng,"

Setelahnya Bianca pun beranjak pergi, menuju lokasi yang sudah diberitahukan oleh Leo.

Bianca menancap gas motor Zee dengan kecepatan tinggi. Ia sudah benar-benar mengabaikan kondisi tangannya yang sedang sakit saat ini. Luka di hatinya lebih sakit dari pada luka lainnya.

Sesampainya di hotel tersebut, Bianca berpapasan dengan Leo di lorong hotel.

"Kita kesana sama-sama," ucap Leo yang tampak khawatir dengan Bianca.

"Gak usah. Lo pulang aja. Makasih. Jangan kasih tau Zee."

Bianca pun hendak beranjak pergi, namun tangannya ditahan oleh Leo.

"Gue mungkin gak sekeras Zee. Tapi gue tetep gak akan biarin orang lain sakitin lo. Tinggalin Alina kalo dia emang gak baik buat lo."

Setelahnya Leo pun beranjak pergi meninggalkan Bianca. Bianca pun kembali beranjak menuju kamar yang sudah diberitahu oleh Leo.

Tiba di depan pintu kamar tersebut, Bianca pun hanya bisa memandang pintu kamar tersebut dengan bahu bergetar karena tangisannya. Ya, ia kembali menangis.

my love single motherWhere stories live. Discover now