31.

10K 887 61
                                    

Kini Alina pun datang menghadiri pesta ulang tahun Bianca, setelah Bianca mengundangnya. Ulang tahun yang benar-benar mewah dan sangat ramai, bertema monokrom itu diadakan di sebuah gedung dengan bangunan 3 lantai.

Di depan gedung Bianca melangsungkan pesta ulang tahunnya terpajang sebuah mobil Ferrari merah dengan pita besar, yang nampaknya itu hadiah dari seseorang yang diberikan kepada Bianca. Hai itu pun membuat Alina seketika merasa tidak percaya diri dengan kado yang ia bawa.

Saat Alina memasuki gedung tersebut dan ingin pergi menemui Bianca, terlihatlah Bianca yang sedang dikerumuni oleh teman-temannya. Alina tahu teman-teman Bianca banyak, karena saat menemani Bianca waktu di rumah sakit tempo hari saja teman Bianca banyak yang datang untuk menjenguknya, namun sekarang jumlah teman-teman Bianca seakan 3x lipat lebih banyak.

Saat teman Bianca sudah pergi Alina pun menghampiri Bianca. "Hai, Bi," sapa Alina.

Bianca pun mencium pipi kanan dan kiri Alina seperti yang ia lakukan kepada teman-temannya sebelumnya sebagai tanda sapaan hangatnya.

"Hai, bu dokter, makasih udah datang," ucap Bianca setelahnya dengan tersenyum manis.

Alina menganggukkan kepalanya, lalu ia menyerahkan paper bag yang berisikan kado di dalamnya untuk Bianca.

"Thanks, bu." ucap Bianca sambil menerima paper bag yang Alina berikan. Kemudian ia pun menyerahkan paper bag tersebut kepada pelayannya. "Kado yang ini taruh di kamar saya, ya,"

"Baik," ucap pelayan tersebut patuh lalu beranjak pergi.

"Miel gak diajak?" tanya Bianca saat tak menjumpai keberadaan Miel bersama Alina.

"Ini udah malam, Bi. Lagian besok dia sekolah,"

Mendengar jawaban Alina, Bianca pun mendesah kecewa. "Sayang banget, aku pengen dia ada di hari jadi aku padahal."

"Kamu besok ke rumah aja, nanti kita rayain ulang tahun kamu lagi di rumah aku,"

"Bukannya ibu gak ijinin saya untuk menginjakkan kaki saya di rumah ibu lagi,"

Deg

Hah, entah mengapa hati Alina sakit sekali jika Bianca terus mengungkit kejadian kemarin. Walau itu kata-kata yang ia lontarkan sendiri, percayalah Alina hanya sedang kelepasan. Alina tak benar-benar menginginkan itu.

"Aku gak nyangka kamu orangnya pendendam,"

"Hahaha, saya becanda, bu. Baik, karena ibu sudah mengijinkan untuk berkunjung, besok saya bakal berkunjung."

Saat tengah asik berbicara dengan Alina, teman-teman Bianca pun datang menghampirinya. Membuat Alina mau tak mau harus mengundurkan diri memberi ruang untuk Bianca dan teman-temannya.

Alina pun pergi menikmati acara pesta ulang tahun Bianca tersebut dengan duduk di pojokan sambil meminum minuman yang disuguhkan.

Dari tempatnya duduk sekarang, Alina bisa melihat Bianca yang dikerumuni banyak orang. Bianca sangat cantik malam ini, senyuman manis Bianca pun tampak tak pernah luntur dari wajahnya. Namun Alina benci melihat itu, Alina benci melihat senyuman manis Bianca yang ia pamerkan untuk siapa saja. Alina hanya mau senyuman manis itu untuknya saja. Egois sekali memang.

Saat Alina tengah asik memandangi Bianca, Zee pun datang duduk bergabung dengan Alina.

"Hai, dok," sapa Zee.

Alina pun hanya membalas sapaan Zee dengan anggukan kepalanya dengan masih asik memandangi Bianca.

"Jauhi Bianca, dok." ucap Zee tegas namun wajahnya masih terlihat santai.

my love single motherWhere stories live. Discover now