23.

8.1K 690 22
                                    

"Gue minta, Alina gak perlu tau soal ini ya." pinta Bianca yang diangguki oleh Aurora dan Zee.

Belum lama Bianca mengatakan itu, tiba-tiba saja pintu ruang rawat Bianca terbuka secara kasar.

Brakkk

"Kenapa aku gak boleh tau?" tanya seseorang yang sedari tadi mereka bicarakan. Alina. Ya, Alina, Alina masuk ke kamar Bianca dengan menggebu terlihat seperti orang kesal.

Tau dari mana Alina, gue ada disini? Pikir Bianca. Belum sempat Bianca mendapatkan jawaban dari pikirannya, Leo tiba-tiba muncul tak lama setelahnya, dengan cengiran khasnya ketika ia tengah melakukan kesalahan.

Zee dan Aurora yang melihat itu pun sudah menggelengkan kepalanya dan membuang napasnya lelah. Bianca sendiri kini sudah menatap Leo dengan tatapan tajamnya.

"Lain kali kalo mau ngumpetin sesuatu, usahakan di briefing semuanya. Jangan setengah-setengah." sarkas Alina.

Jleb.

Seketika saja kata-kata Alina itu menusuk hingga ke jantung Bianca. Hah, harusnya ia tak melupakan temannya yang satu itu. Yang bodohnya sangat keterlaluan.

"Kita keluar yuk," ucap Zee menggiring Aurora dan Leo untuk keluar dari ruang rawat Bianca tersebut.

Seperginya teman-teman Bianca, Alina pun mendudukkan dirinya di pinggir kasur Bianca. "Kenapa aku gak boleh tau?" tanya Alina lagi.

"Gapapa," jawab Bianca sekenanya.

Tangan Alina pun lalu tergerak membelai wajah Bianca yang sudah babak belur dengan tatapan yang sendu. "Maaf ya, karena aku kamu jadi begini,"

Inilah alasan Bianca tak ingin Alina mengetahuinya. Karena Alina hanya akan merasa bersalah atas kesalahan yang tak ia perbuat.

Bianca pun mengambil tangan Alina yang tengah membelai wajahnya lalu ia genggam lembut tangan Alina tersebut. "Ini bukan salah kamu, Al,"

"Ini salah aku. Kalo kamu gak belain aku kemarin, kamu gak mungkin babak belur kayak gini. Tapi kamu tenang aja, Nathan biar aku yang urus sama lawyer aku,"

"Kamu gak mau bicarakan baik-baik dulu. Biar gimana juga, Nathan kan daddy-nya Miel,"

"Gak ada cara baik kalo sama dia. Kamu udah terluka parah kayak gini kamu masih mau nyuruh aku buat pakai cara baik-baik?"

"Aku gapapa, Al. Tapi itu daddy-nya Miel, bagaimana perasaan Miel kalo sampai daddy-nya masuk penjara? Kamu pikirin itu aja. Aku gampang, aku gapapa selagi Nathan masih mau beritikad baik."

Alina pun hanya menganggukan kepalanya, tak ingin beradu argumen lagi dengan Bianca. Alina tak habis pikir dengan Bianca, sudah sampai terluka separah ini saja dirinya masih memberikan kesempatan untuk orang tersebut.

"Miel mana?" tanya Bianca saat tak mendapati kehadiran Miel bersama Alina.

"Sama bu Sum. Aku takut dia tantrum di rumah sakit, makanya aku tinggal di rumah sama bu Sum. Dari pagi dia nangis mulu nanyain kamu,"

"Kamu sih, kenapa gak diajak? Lain kali ajak aja, aku kangen sama dia,"

"Nanti kalo dia tantrum aku takut ganggu pasien yang lain, Bi,"

"Dia gak akan tantrum kalo ada aku," sombong Bianca.

Alina pun hanya bisa menghela napas lelah. "Aku juga udah capek dia nurutnya sama kamu doang,"

Bianca pun terkekeh.

Tak lama, pintu ruang rawat Bianca terbuka. Terlihat lah seorang dokter yang masuk ke ruang rawat Bianca tersebut, menghampiri mereka.

my love single motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang