15.

7.1K 659 18
                                    

"Bi, lo kenapa? Siapa yang sakitin lo? Bilang gue, Bi, biar gue pukulin orangnya." ucap Zee khawatir bercampur emosi yang menggebu-gebu karena melihat mata Bianca yang sembab.

Bianca pun langsung memeluk tubuh Zee erat. "Alina, Zee. Alina. Alina," isak tangis Bianca yang bahkan sudah tak mampu lagi untuk melanjutkan kata-katanya.

Seketika emosi Zee menguap entah kemana setelah mendengar jawaban dari Bianca. Zee pun kini hanya bisa mengusap punggung Bianca yang masih setia memeluknya, karena bingung harus apalagi setelah mendengar yang menyakitinya adalah Alina. Itu karena Zee tak mungkin menyakiti wanita. Lagipun, Alina tak tahu menahu tentang masalah hati Bianca. Lalu apakah Zee harus menghakimi Alina atas kesalahan yang bahkan ia tidak tahu apa permasalahannya?

Semalam juga Alina sudah berusaha menghubungi Bianca, menanyakan kepulangannya yang tiba-tiba tanpa berpamitan. Namun Bianca tak kunjung membalas chat atau mengangkat panggilan telpon dari Alina tersebut.

"Lo tenangin diri lo, dikit lagi kita ada syuting. Lo yang jadi visual untuk promosi iklan kita, jadi lo gak boleh jelek." ucap Zee lembut seray mengusap jejak air mata di pipi Bianca.

Bianca pun mengangguk lemah.

"Lo butuh sesuatu?" tanya Zee.

"Mau es krim," pinta Bianca manja.

"Tapi janji dulu sama gue gak boleh sedih ya?" Zee pun mengulurkan jari kelingkingnya kepada Bianca.

Bukannya membalas uluran jari kelingking Zee, Bianca malah menggelengkan kepalanya. "Gak janji,"

Zee pun terkekeh lalu menepuk-nepuk pucuk kepala Bianca. "Gue gak suka liat lo sedih, Bi. Lo tau itu kan?"

"Tapi gue gak bisa menghindari itu, Zee,"

"Lupain Alina."

"I try."

"Gak usah takut, masih banyak orang lain selain Alina di dunia ini." ucap Zee yang diangguki patuh oleh Bianca. "Yaudah gue beli es krimnya dulu," setelahnya Zee pun beranjak pergi.

Itulah sisi manis Zee yang jarang ia tunjukkan. Ini juga alasan mengapa Bianca betah bersahabat dengan Zee sekian lama, karena Zee bisa menjadi pelindungnya, musuhnya, sahabatnya, saudaranya, atau menjadi apapun sesuai kebutuhannya.

Zee selalu memprioritaskan dirinya. Bahkan Bianca ingat, saat Zee lebih memilih dirinya daripada pacarnya pada saat itu.

Flashback on.

Sehabis pulang sekolah Bianca langsung menghampiri Zee yang sudah berada di parkiran menunggunya. Walau mereka satu sekolah, namun kelas mereka berbeda. Itulah mengapa Zee sudah lebih dulu berada di parkiran sebelum Bianca.

"Zee, kita mampir dulu ya ke mall. Gue bt di rumah," pinta Bianca seraya memakai helmnya.

Karena melihat Bianca yang kesusahan memakai helm, Zee pun dengan segera membantunya.

"Tapi gue hari ini mau jalan sama cewek gue," jawab Zee yang membuat Bianca mendesah kecewa.

"Yah, gak seru lo. Yaudah, deh," pasrah Bianca pada akhirnya.

"Yaudah ayo, jangan cemberut gitu. Jelek lo," ejek Zee.

"Terus cewek lo gimana? Lo gak jadi jalan sama dia?"

my love single motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang