DUA PULUH DUA

1.9K 203 100
                                    

18.00

Iqbal memasuki lift untuk pergi ke kamar, dia bersandar pada lift sambil memejamkan mata sejenak, di dalam lift hanya ada dirinya saja. Ia menghela nafas lelah.

Ting

Iqbal melangkahkan kakinya keluar dari lift berjalan menyusuri koridor apart yang sepi, sampai sudah di dekat kamarnya ia melihat ada seseorang yang berdiri di depan pintu kamarnya.

Kaki jenjangnya terus melangkah hingga sudah dekat Iqbal dapat melihat orang itu adalah Zael.

Zael menoleh karena mendengar ada seseorang yang berjalan yang ternyata sang pemilik kamar,"Bal."

Iqbal mendekat, memegang pundak Zael,"El? Bibir lu kenapa?"

Dia memerhatikan wajah El, terdapat darah kering di sudut bibir El. Karena di tampar oleh papahnya tadi, sangat kencang sampai-sampai berdarah.

Iqbal membuka pintu kamarnya dahulu,"ayok masuk." Dia menarik tangan El membawanya masuk kedalam kamar.

Zael duduk di sofa, dan Iqbal mengambil kotak p3k di dapur.

Lelaki manis duduk di sebelah El, menangkup wajah simetris Zael dan mulai mengobati bibir El yang lecet.

Tanpa ada pembicaraan di antara keduanya, Iqbal fokus mengobati sedangkan El fokus dengan wajah manis yang Iqbal punya.

Atensinya terpaku pada belahan bibir tipis Iqbal, warnanya seperti lidah kelinci, dan mengkilap gitu. Membuat El gak bisa kalo gak ngeliatin bibir Iqbal.

Sampai Iqbal sudah selesai mengobatinya, dan kembali membereskan kotak p3k itu, menaruhnya di lemari dapur.

Setelahnya Iqbal kembali mendekati El, duduk di sofa panjang dan menatap lelaki berambut hitam itu.

"Bal, mau peluk."

Karena tidak mendapat jawaban dan juga tolakan, El mendekati Iqbal, yang membuatnya tambah seneng lagi ketika Iqbal membelai kepalanya.

Zael tersenyum tipis, memejamkan mata dan mencari posisi yang enak agar bisa merasakan pelukan hangat.

Zael tersenyum tipis, memejamkan mata dan mencari posisi yang enak agar bisa merasakan pelukan hangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lu gak mau tau siapa yang udah nampar gue?"

"Papah?"

El langsung mengangguk,"iya, kok tau?"

Iqbal mengangkat bahu,"cuman nebak."

"Lu gak mau nanya karena apa?"

"Emang gara-gara apa?" Tanya Iqbal pura-pura tidak tahu.

"Gara-gara Puan setan."

Iqbal mengangguk pelan,"gue udah tau ceritanya, temen lu yang cerita. Mora juga jadi saksi."

Zael langsung terduduk kembali,"terus? Menurut lu siapa yang salah? Puan kan?"

Iqbal menatap El, sambil memeluk bantal sofa, tanpa menjawab pertanyaan El.

[BOYS LOVE] NEIGHBOR [END]Where stories live. Discover now