EMPAT PULUH TIGA

1.9K 204 139
                                    

Perceraian hal yang paling di hindari dalam sebuah hubungan pernikahan, tidak ada seorang pun yang menginginkan untuk melakukan ini kalau bukan di paksa oleh keadaan.

Sama halnya dengan Rahma yang sudah lelah berjuang sendirian demi rumah tangga yang harusnya di bangun bersama-sama, tidak hanya dengan satu orang saja.

Rahma masih punya hak atas harta benda yang Yudha dapatkan saat masih bersamanya, ia akan meminta tunjangan hidup separuh dari harta yang Yudha miliki.

Kalau bukan karena orang tua Rahma juga Yudha tidak akan sesukses sekarang, tidak ada salahnya juga ia meminta itu semua karena ia memiliki anak dari Yudha yang masih membutuhkan pendidikan.

Persetujuan hitam di atas putih, sudah Rahma terima surat yang baru saja keluar dan di terima dari persidangan.

Rahma, dan kedua anaknya sedang berunding di rumah Shafira.

Iqbal terus memeluk ibunya, menguatkan ibunya agar tidak terpuruk,"adek di sini bu."

Mereka hanya bertiga karena Fandi bekerja dan Raffi sekolah.

Rahma tersenyum getir,"ibu gak sanggup buat ketemu ayah kamu."

"Biar Fira yang ketemu sama ayah." Ucap Shafira mengambil amplop itu, ia akan mengantar surat itu agar Yudha bisa tanda tangan.

Iqbal mengangguk,"iya, ibu duduk anteng aja di sini, biar kak Fira yang urus."

"Ayok Bal, temenin kakak." Shafira beranjak pergi ke kamar memakai jaket dan mengambil tas.

Rahma memegang kedua tangan Iqbal,"kalo kakakmu buat ulah, di tahan ya. Kakakmu itu pemarah."

Iqbal mengangguk menurut,"iya Bu." Dia mencium pipi ibunya,"Iqbal pergi dulu ya."

"Ayok buruan." Shafira berjalan keluar rumah, di susul dengan Iqbal.

Kakak beradik itu pergi ke rumah baru ayah dan selingkuhannya, menggunakan mobil kak Shafira.

"Kalo sampe nanti ketemu sama selingkuhan ayah, bakal kakak tampar habis-habisan. Kemaren kakak gak sempat buat nampar tuh cewek."

Iqbal bergedik ngeri mendengar celotehan dari kakaknya,"jangan pakai kekerasan kak, kata ibu tadi."

"Kemaren ayah hampir mau nampar kakak, dek."

"Nah udah sampe nih." Dua puluh menit akhirnya mereka sampai di rumah yang tingkat dua dan bercat putih, ada mobil ayahnya yang terparkir di garasi rumah itu.

Karena tidak di pagari jadi Shafira dan Iqbal bisa langsung mengetuk pintu.

Tok

Tok

Cklek

"Siapa ya?" Wanita paruh baya yang memakai dress polos sepanjang lutut membukakan pintu untuk mereka.

Plak

Shafira benar-benar menampar keras pipi kiri wanita itu,"dasar pelakor! Ini kan yang lu mau?!"

Iqbal melebarkan matanya, menahan tangan kakaknya,"kak! Tahan!"

Wanita yang di tampar hanya bisa diam memegangi pipi kirinya, menatap nyalang kearah Shafira,"kamu lagi—"

"Siapa sayang?" Suara yang sangat-sangat Shafira dan Iqbal kenal, ayahnya muncul dari dalam rumah.

"Hiks mas dia nampar aku hiks hiks, aku di bilang pelakor. Padahal kamu emang duluan cintanya sama aku kan? Hiks hiks." Wanita ular itu menangis sambil memeluk Yudha.

Yudha wajahnya sudah memerah padam karena marah, melindungi wanita itu di belakang tubuhnya,"apa-apaan sih kamu Shafira?! Dimana letak sopan santun kamu?! Ibu kamu gak ngajarin tata Krama apa?!"

[BOYS LOVE] NEIGHBOR [END]Where stories live. Discover now