DUA PULUH ENAM

2.7K 234 125
                                    

"Lu udah ambil first kiss gue tau gak?! Mana banyak orang, antek-antek lu ketawain gue!"

"Wah... Bagus dong, first kiss lu gua yang ambil. Dari pada orang lain?"

Iqbal ingin menjambak rambut El, dia udah ngangkat tangan sambil di kepal dengan wajah gemas karena marah.

"ih! Nyebelin lo! Gak ada namanya temen tapi ciuman di bibir!"

Saat tersadar akan ucapannya, Iqbal langsung diem. Dan El malah tersenyum kemenangan.

"Yaudah kita pacaran! Mulai detik ini juga." Ucap El final.

"Lo gila ya El?! Otak lo udah karatan ya?!"

"Apaan sih Bal? Gua beneran, gak bercanda."

Iqbal membuang nafas dan mengacak rambutnya frustasi,karena dia gak habis pikir sama omongannya El yang asal jeplak.

Iqbal memang suka dan cinta sama El tapi kalau untuk menjalin hubungan apa itu mungkin? Karena.

"Lo gak inget kalo bonyok lo sendiri belum tentu bisa terima hubungan kayak kita."

Membuat lelaki dominan itu terdiam dan berfikir lagi, memang benar orang tua El belum tentu bisa menerima.

Mamah Tiara dan papah Baim aja gak tau kalo El berteman dengan Janu dan Dylan yang, notabenenya dua temannya itu sudah menjalin hubungan.

Tiara kenal dengan Janu dan Dylan, tapi Tiara dan Baim tidak terlalu kepo dengan kehidupan sehari-hari teman-teman Zael.

Seketika El menjadi bimbang, ia ingin merasakan momen-momen orang pacaran, hanya dengan Iqbal. Bukan dengan yang lain.

Tapi El tidak ingin kalau hubungan mereka di jalin dalam diam-diam tanpa sepengetahuan mama dan papahnya.

Yang Zael mau Iqbal bisa di terima oleh kedua orangtuanya sebagai kekasih, bukan hanya sebagai sahabat.

Iqbal menatap wajah El yang tampak kebingungan.

"Gue juga gak mau kalo lo cuman main-main sama gue."

Lelaki sipit itu membuang nafas, dan kembali tersenyum lebar memegang kedua tangan Iqbal.

"Aku gak main-main, aku beneran udah sayang sama kamu dari kita kecil."

"Kamu tau, aku udah pendam perasaan ini selama empat tahun, dari kita SMA."

Deg

Iqbal terkejut mendengar itu, pas SMA aja mereka gak deket, gak kenal malah. Tapi kenapa bisa?

El terkekeh kecil melihat raut wajah kaget dari Iqbal.

"Dulu aku emang pengecut, aku gak se berani Janu. Aku cuman bisa dukung kamu dari belakang."

Siapa nie yg nasibnya sama:')

Lelaki manis mendengarkan curahan hati dari sahabat laki-lakinya itu dalam diam dan perasaan berkecamuk.

"Kalo soal mama sama papah, nanti aku yang urus. Aku bisa ngobrol sama mereka, aku bakal berusaha buat mereka mengerti."

Sumpah, El gemetaran kalo lagi ngomong dari hati ke hati seperti ini. El orangnya memang suka bercanda dan asal jeplak, tapi kalau masalah hati dia gak bisa bohong.

Iqbal menampilkan senyum tipis, ia mengelus tangan El yang menggenggam tangannya.

"Makasih ya El udah jujur. Maaf kalo gue gak se peka itu."

"Bukan salah kamu, salah aku yang gak mau berusaha. Tapi sekarang aku udah yakin sama perasaan aku, kamu mau kan jadi pacar aku?"

"Aku gak tau gimana caranya biar romantis, nanti kalo kita udah pacaran aku bakal turutin apa aja yang kamu mau. Janji."

[BOYS LOVE] NEIGHBOR [END]Where stories live. Discover now