EMPAT PULUH

1.6K 208 70
                                    

Flashback on*

Sebelum Iqbal pergi keluar dari apartemen, saat dirinya bertemu dengan Abil waktu itu. Iqbal sempat memakan sesuatu.

Di dalam kulkas ada satu buah yang ternyata dapat membahayakan janinnya, nanas ia makan agak banyak karena lapar. Jadi ia habiskan sendirian hari itu juga.

Baru habis makan nanas Iqbal pergi ke apotek untuk bertanya ada obat yang dapat menggugurkan kandungan atau tidak, ternyata tidak ada toh obat yang dapat menggugurkan kandungan itu adalah obat-obat terlarang, mana mungkin di jual dengan bebas.

Di apotek kemarin yang Iqbal beli hanya inheler karena merasa gak enak badan.

Flashback off*

Tapi sungguh Iqbal gak tau sama sekali soal buah nanas yang dapat membunuh janinnya, waktu itu juga dia sedang gelap mata karena shock dan merasa putus asa.

Tangis Iqbal tumpah, ia menangis di dalam dekapan Zael. Dahulu memang ada niat ingin membunuh janinnya ini, tetapi sekarang sudah tidak. Kenapa malah menjadi seperti ini? Di saat Iqbal mulai menerima kebenaran calon bayi itu.

El mendekap erat tubuh pacarnya,"dok... Beneran gak bisa di selamatkan?"

Dokter Ica menggeleng," hari ini juga kita bisa melakukan pembedahan untuk mengambil janin yang sudah meninggal."

"Hiks El.. gak mungkin dia meninggal!" Iqbal meremat kaos Zael.

Dokter Ica juga merasa sedih kehilangan sosok calon bayi, orang tua mana yang tidak sedih? Tapi nasi sudah menjadi bubur.

"Gue pembunuh El hiks hiks gue jahat." Iqbal memukuli dada bidang Zael sambil nangis histeris, ia seperti sedang di permainkan oleh takdir. Hatinya hancur berkeping-keping.

El menangkup wajah Iqbal, menggeleng cepat, menghapus air mata si manis,"enggak... Hei kamu bukan pembunuh."

Dokter Ica tahu kondisinya sedang berduka, ia memberikan ruang untuk pasiennya agar bisa di tenangkan dahulu oleh pasangannya. Sedangkan dirinya pergi keluar.

Iqbal memukuli kepalanya berkali-kali,"kenapa takdir mempermainkan gue El?! Hiks gue udah berusaha buat nerima tapi kenapa jadi kayak gini?! Gue gak tau kalo buah itu bisa bunuh janinnya hiks sumpah El hiks sumpah."

Hati Zael kembali tersayat melihat hancurnya Iqbal, ia mencengkram kedua tangan Iqbal agar tidak menyakiti dirinya sendiri.

"Hei bub... Berarti ini semua udah takdir, ya. Kamu itu gak salah, kamu kan gak tau, gak papa bub. Kamu gak ngebunuh dia."

"Kenapa sih El?! Gue kayaknya gak pantes buat bahagia! Gue selalu di kasih kejutan sama kejamnya dunia! Hiks hiks..."

Zael kembali memeluk tubuh Iqbal, mengusap-usap punggung yang bergetar hebat itu, menciumi pucuk kepala Iqbal,"enggak sayang enggak."

"Kamu berhak bahagia, mungkin ini lebih baik. Inget semua udah ada yang atur, dan pasti hidup yang kita jalani ini yang terbaik buat kedepannya nanti."

"Hiks gue udah siap buat jadi orang tua, buat asuh anak itu bareng sama lu El... Hiks."

"Iya-iya, mungkin kita masih ada kurangnya buat jadi orang tua, belum waktunya. Gak papa Bal, udah. Kita perbaiki dulu pribadi kita masing-masing, kalo udah waktunya nanti kita tetep bakal jadi orang tua kok."

"Kamu cuman gak sadar, sayang. Kamu bukan sengaja pengen gugurin kandungan kamu. Kamu gak salah."

"Jadikan ini sebagai pelajaran ya? Buat kita berdua nanti kedepannya supaya gak lalai, apalagi kalau kita menikah nanti. Kita jadinya tau kalau jadi orang tua itu sulit, kita masih perlu belajar." El menggenggam tangan mungil Iqbal di kecup nya punggung tangan itu.

[BOYS LOVE] NEIGHBOR [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt