Nearmiss

57 11 0
                                    

Aku menganga tak percaya, ketika melihat seseorang yang baru saja masuk dan memperkenalkan dirinya. Reza Aditama namanya. Emang bagus sih, tapi.. kalian tau siapa dia??? Dia adalah dosen baru yang menggantikan mr. Gusti. Oh my..

Boleh teriak nggak, sih?? Tidak. Bukan karena wajahnya mirip Reza Rahadian. Ganteng sih iya, tapi yang jadi masalah di sini adalah.. Reza adalah orang yang tak sengaja aku tabrak tetapi malah aku yang jatuh. Dan itu artinya, dia juga orang yang sama, yang tadi pagi bertemu di parkiran.

“Ul?” Aul menggumam. “Dia beneran dosen penggantinya dosen kebocin ya?”

“Iya, Zi. Kenapa si emangnya? Ganteng? Ya emang sih, babyface gitu mukanya, tapi tetep aja aku nggak tertarik, because aku memang se-setia itu sama Riyan.” Katanya terkekeh.

“Aul, aku serius. Beneran dia dosennya?? Nggak salah orang, nih??”

“Iya bussyeeett dah, emang kenapa sih???”

“Coba cubitin  aku dong, Ul.”

Aaaaaaaaawwwwwwwwwww

Sadis gila!! Belum kering nih bibir, eh Aul udah langsung cubit lenganku begitu keras. Ya Tuhan.. ini serius sakit!!

“Ada apa, Ziyyana???”

Mampus!!!

Alhasil aku hanya menggelengkan kepala. Malu.
Tuhan.. kenapa harus dia yang jadi penggantinya mr. Gusti??? Kenapa harus orang yang sama dengan orang yang memergoki aku dan Alfa sedang berciuman di parkiran??? Astaga.. matilah sudah diriku. Lalu bagaimana dengan nilai sikapku???

“Kok dosen ganteng itu bisa tau nama kamu, Zi??”

“Aku nggak tau, Ul.” Kataku berbohong.

Jelas saja aku berbohong. Memangnya aku harus apa? Jujur? Menceritakan kronologinya secara rinci kenapa bisa itu dosen baru sampai mengetahui namaku? Itu tidak mungkin kawan.

Waktu berjalan entah mengapa terasa begitu lama? Rasanya satu menit bagaikan berpuluh-puluh menit. Oke, mungkin itu terlalu lebay. Tapi aku serius, sepertinya jarum jam di kelas ini sengaja diperlambat? Atau hanya perasaanku saja??

“Kamu kenapa sih, Zi? Dari tadi nggak bisa diem. Kenapa? pantat kamu cacingan?”

“Syialan, bukan itu!” kataku sambil refleks memukul lengan Aul pelan.

“Ya terus kenapa kamu keliatan gelisah begitu? Kaya orang yang lagi nahan boker, tau nggak?”

“Ish tau ah!”

BRAAKKK

Aku sengaja menggebrak meja, sehingga semua mata tertuju padaku. Senang? Tidak.

“Ada apa Ziyyana?” tanya dosen baru itu.
“Saya izin ke toilet, pak.”

Cukup lama dosen itu hanya memandangiku, sebelum akhirnya dia mengangguk. Syalan! Jika dia memang benar menjadi dosen penggantinya mr. Gusti, bisa mati berdiri aku sepertinya. Oh God..

Setibanya di toilet, aku hanya berdiri di depan cermin sambil memandangi diriku yang cantik ini. Sementara pikiranku berkelana pada kejadian tadi di parkiran. Sungguh, hanya dengan mengingatnya, rasa panas menjalar dari pipi hingga ke telingaku. Lihatlah, wajahku memerah!

Rasanya aku ingin bolos saja, menghampiri Alfa di kantin. Iya, Ziyya pinter. Boleh dicoba..

Lantas aku mengambil handphone dan langsung mendial nomor Alfa. di dering kedua pun langsung diangkat.

“Hallo, Fa, kamu masih di kantin, kan?”

“Nggak,” jawabnya singkat.

“Katanya tadi mau nungguin aku di kantin sampai aku selesai matkul, gimana sih??”

SHATTERED Where stories live. Discover now