Favorite Girl

40 10 2
                                    

.

Nih aku double update. Anggap aja selingan sebelum chapter berikutnya 😆




Gama menatapku tanpa kedip. Memang apa yang salah dengan perkataanku? Aku hanya memintanya untuk bernyanyi untukku. Mudah, kan?

"Lagu apa?" Tanyanya.

"Terserah,"

Aku tau, terserah itu bukan jawaban yang diharapkan. Tapi aku juga gak tau, lagu apa yang aku ingin Gama nyanyikan untukku.

"Nanti aku pikirkan, sekarang kita makan dulu." Katanya bersamaan dengan pelayan yang membawa pesanan kami.

Kalau ditanya untuk apa aku meminta Gama bernyanyi untukku? Jujur, aku juga gak tau untuk apa. Tapi, bukankah ini malam terakhir sebelum Gama pergi untuk waktu yang lama? Wajar, kan, kalau aku ingin buat malam ini berkesan? Setidaknya ini akan menjadi satu malam yang indah untuk dia kenang.

"Oke," kataku.

Aku sebenarnya malas makan. Tapi kalau gak dimakan, makanannya mubadzir. Lagi pula ini traktiran makan terakhir dari Gama kayaknya. So, aku harus menghargainya, bukan?

"Besok jam berapa?" Tanyaku.

Gama mendongak, menatapku. Apa dia gak ngerti maksud pertanyaanku? Apa aku se-gak jelas itu?:(

"Besok kamu take off jam berapa?" Tanyaku, lagi.

"Aku ambil penerbangan sore." Jawabnya.

Aku hanya ber-oh ria. Aku pikir Gama akan mengambil jadwal penerbangan pagi tapi ternyata sore. Syukurlah. Seenggaknya aku gak harus bolos kuliah.

Kalau ingat take off tuh aku selalu inget Alfa. Di mana waktu itu dia sengaja gak ngebiarin aku nyusul ke bandara. Beda sama Gama yang bahkan memintaku hadir.

Ya, memang seharusnya aku gak anggap mereka sama. Karena nyatanya, Alfa dan Gama adalah dua manusia yang berbeda yang pasti memiliki perbedaan satu sama lain.

"Sebentar, ya?"

Gama bangkit entah mau ke mana. Kayaknya sih mau ke toilet. Aku cuma berharap Gama balik lagi. Jangan kayak waktu itu, dia tiba-tiba pergi.

"Ke mana?" Tanyaku.

"Ke belakang bentar." Katanya.

Dan baru selangkah Gama berjalan, aku kembali memanggilnya.

"Gam?"

Gama menoleh dan tersenyum. "Tenang, aku gak bakal kabur lagi kok."

Sejelas itu kalau aku takut dia kabur lagi?

"Siapa juga yang mikir ke situ." Alibiku. "Gue cuma mau bilang, jangan lama. Udah sana."

Tengsin juga kalau Gama tau ternyata tebakannya benar. Hmm:(

Aku kembali melanjutkan kegiatan makanku. Kulihat piring Gama yang masih utuh. Kayaknya sih cuma diaduk-aduk doang.

Heran deh, kenapa suka buang-buang makanan sih? Kan mubadzir.

"Selamat malam semua."

Aku menoleh ke sumber suara. Di sana, di atas stage, Gama udah siap dengan gitarnya. Kupikir tadi dia beneran mau ke toilet. Taunya mau prepare nyanyi? Kenapa gak bilang langsung aja sih?

"Sebelumnya, aku mau ucapin maaf lebih dulu kalau suaraku nantinya bakal mengganggu kalian semua."

Aku terkekeh. Suara Gama itu bagus, walau gak sebagus suara Alfa.

Nah kan, Alfa lagi. Emang ya, aku tuh gak bisa jauh-jauh sama Alfa. Bahas apa aja pasti keingetnya Alfa lagi Alfa lagi. Padahal aku masih kesel sama dia!

SHATTERED Where stories live. Discover now