Last Night?

40 10 6
                                    

.

Seperti kata Gama tadi siang. Malam ini dia akan mengajakku berkeliling kota. Jadilah sore ini aku udah rapi dengan hoodie dan juga topi. Tadinya aku mau pake dress, tapi gak jadi. Gak tau kenapa, males aja.

"Anak bunda udah cantik. Mau ke mana?" Tanya bunda yang baru masuk kamarku.

"Mau nemenin Gama jalan-jalan. Besok dia mau pergi lagi ke Amsterdam." Kataku.

"Alfa tau?"

Jujur, aku gak pernah mikir sampai ke situ. Pertanyaan bunda kali ini membuat aku kehilangan kata-kata.

"Setiap hubungan itu harus dilandaskan kepercayaan satu sama lain. Kalau Alfa percaya sama kamu, itu artinya kamu harus bisa menjaga kepercayaannya."

Aku mengerutkan alis. Kenapa pula bunda membahas soal kepercayaan? Apa bunda pikir aku akan balikan dengan Gama, ya? Hahaha.

Rasanya aku ingin tertawa. Kepercayaan dalam suatu hubungan itu sangat penting, tapi sepertinya, kepercayaanku untuk Alfa udah mulai berkurang.

Bahkan sekarang aku mulai meragukannya. Karena kalau Alfa memang percaya aku 100%, mungkin Asa dan Sam gak akan jadi pengikut setiaku. Dan itu berarti, Alfa gak percaya aku sepenuhnya. Terus buat apa aku masih mempercayainya? Dia aja gak bisa ngejaga kepercayaan aku? Benar, kan?

"Iya iya aku ngerti. Aku berangkat. Dah bunda." Kataku sembari mengecup pipi bunda.

Beruntung hari ini ayah harus lembur di kantor. Jadi aku bebas keluar tanpa harus takut meminta izin. Ya, setidaknya aku harus pulang sebelum ayah pulang. Sebab aku gak mau ayah marahin aku cuma karena aku pulang terlambat.

Kemarahan ayah itu menakutkan.

"Udah siap?" Tanya Gama bersamaan dengan aku yang baru keluar.

Aku mengangguk pasti. Tapi Gama malah melangkah hendak masuk rumah.

"Mau ngapain? Numpang pipis?" Tanyaku.

"Bukan," katanya sambil mengacak rambutku. "Aku mau minta izin sama ayah kamu."

Mataku membulat. Setelah membuat aku menangis waktu itu, Gama masih berani untuk menemui ayah? Warbyazahhh

"Ayah gak ada di rumah." Kataku.

"Bunda?"

Aku menghela napas lelah. Kalau Gama menemui bunda, bisa-bisa malah diceramahi tiga sks.

"Aku udah izin,kok. Ayo ah, nanti kemaleman." Kataku sambil menarik Gama menuju mobilnya.

Selama perjalanan, aku fokus pada handphoneku. Aku mengecek setiap aplikasi perpesanan yang ada, tapi hasilnya nihil. Gak ada satu pun pesan dari Alfa selain pesan terakhir yang dia kirim kemarin. Eh atau dua hari lalu? Entahlah.

Aku pikir dia akan terus berusaha menghubungiku. Tapi nyatanya enggak. Padahal, kalau aku marah, Alfa selalu berusaha membujukku sedemikian rupa agar aku gak marah lagi. Tapi enggak untuk kali ini.

Kadang aku berpikir, kenapa Alfa membiarkan aku marah selama ini? Apa dia gak kangen sama aku? Jangankan video call, sms aja enggak. Apa Alfa terlalu sibuk sama cewek barunya di sana?

Aku mendengus sebal. Menyesalkan  keputusanku yang dulu membiarkan Alfa pergi. Padahal aku tau, saat itu Alfa gak sendiri. Ada Kirei bersamanya.

"Ya?"

Aku tersadar saat merasakan sentuhan lembut di rambutku. Siapa lagi kalau bukan Gama pelakunya?

Heran. Sweet-nya gak pernah berkurang apa ya?

SHATTERED Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin