Sorry

53 15 4
                                    

"Yakin gak mau bareng kita aja, Ya?" Tanya Asa saat langkah kami tiba di parkiran. Dengan yakin aku menggeleng. Lagipula, aku berangkat naik sepeda, masa iya aku pulang bersama mereka? Tidak mungkin juga aku meninggalkan sepeda kesayanganku sendirian di sini. Iya, kan?

"Gak deh, Sa. Gue kan bawa sepeda, kecuali kalau lo mau gantiin gue bawa sepeda, biar gue yang pulang bareng Sam."

"Nahhh!!! Ide bagus itu, Ya!!!" Sahut Sam antusias, sementara Asa hanya mendelik sebal. Sedangkan aku sudah tertawa di tempat hahaha.

"Apa yang kamu lakukan ke aku itu.. jahat." Kata Asa ala-ala film romantis Rangga dan Cinta.

"Najisun!"

"Ya udah sana kalian pulang." Kataku.

"Oke gue balik. Lo hati-hati. Kalau ada apa-apa, telpon gue, oke?" Aku mengangguk ketika tangan Sam menepuk puncak kepalaku. Rasanya seperti aku mempunyai seorang kakak kalau Sam bersikap seperti ini.

"Gue balik, dahh."

Berbeda dengan Asa yang malah menyentil dahiku. Heran, sedetik aja berlaku normal dan tidak menyebalkan, bisa gak sih, Sa??

"Tiati Sam!"
"Ke gue?"
"Ogah!"

Tiinn
Mobil Sam berlalu dari hadapanku, dengan Asa yang melambaikan tangannya dari balik jendela kursi samping kemudi.

Aku langsung menghampiri sepedaku yang terparkir sendirian di sana. Namun, terdapat beberapa tangkai mawar putih yang menempel di sepedaku dan kelopak mawar putih yang bertaburan di sekitarnya. Aku bingung, siapa yang melakukan ini semua? Namun sedetik kemudian, aku mendengar suara seseorang memanggil namaku.

"Ziyyana?" Aku berbalik.
"Sorry." Katanya.

Aku tidak peduli. Aku segera membuang mawar-mawar itu, kemudian mengayuh sepedaku secepat kilat. Menulikan telingaku dari seseorang yang berteriak memanggil namaku.

Setibanya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar. Membanting tubuhku ke atas tempat tidur. Lelah fisik dan juga hati setelah tadi aku bertemu dengan orang itu. Orang paling menyebalkan sepanjang peradaban.

*

Malam harinya aku sudah siap dengan piyamaku. Tepat pukul 10 malam, setelah berkutat dengan tugas deadline, niatku ingin segera tidur. Tetapi, bunda memanggilku. Katanya ada tamu yang ingin menemuiku.

Siapa orang yang bertamu di waktu istirahat seperti ini?

"Kalau sudah, langsung kunci pintunya ya. Bunda mau istirahat." Kata bunda.

"Siap, bun."

Aku melangkahkan kaki menuju pintu. Tak lupa meraih sweater untuk menutupi piyama tidurku yang tipis. Mendadak aku ragu untuk membukakan pintu, sampai akhirnya.

Cklek

Pintu terbuka dan menampakkan sosok yang sedang aku hindari.

Reza

"Untuk apa bapak ke sini malem-malem? Ganggu orang mau tidur aja." Kataku sambil bersidekap lengan di depan dada.

Aku menatap ke mana pun asalkan bukan menatapnya. Aku enggan untuk melihat wajah super menyebalkannya itu. Lagi pula, tidak cukup kah perkataannya waktu itu membuatku sakit hati?

"Saya ke sini untuk meminta maaf. Maaf karena perkataan saya waktu itu sudah menyakitimu. Saya mohon, tolong maafkan saya, Ziyyana."

Aku menatap sebuket mawar putih yang dia sodorkan padaku. Untuk apa mawar sebanyak ini? Dia pikir aku ini pemakan bunga apa?!

"Saya nggak butuh bunga mawar sebanyak ini, pak. Lebih baik sekarang bapak pulang. Saya mau istirahat!"

Baru saja aku hendak menutup pintu. Ingin membanting pintu dengan kasar di hadapannya. Tetapi dia lebih dulu menahan tanganku. Yang langsung aku hempaskan dengan keras.

SHATTERED Where stories live. Discover now