Pulang?

46 7 0
                                    

.

"Jadi, kapan kamu berangkat?" Tanyaku pada Gama yang sedari tadi memperhatikan jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Ngusir nih ceritanya?" Katanya sembari terkekeh.

"Emang," kataku.

"Sebenarnya sekarang udah waktunya. Tapi aku masih kangen sama kamu. Kalau aku gak mau pisah gimana dong?"

Aku tau kalau aku ternyata se-ngangenin itu wkwk

"Let me help you." Kataku seraya memeluk Gama.

Dan gak butuh waktu lama buat dia balas pelukanku. Tubuhnya yang tinggi memudahkan dia untuk menaruh dagunya di atas kepalaku. Tangannya mendekap erat tubuhku.

"Aku sayang kamu, Ya."

Jantungku berpacu di atas normal. Tapi tidak secepat dulu.

"Gue tau," kataku.

"Rasanya aku gak mau pergi,"

Aku mencoba melepaskan diri dari Gama, tapi gak bisa. Seerat itu pelukannya!

"Gam, engap tau."

"Sebentar lagi,"

Cukup lama sampai akhirnya Gama melepaskan pelukannya. Kedua tangannya membingkai wajahku. Mata hitamnya menatapku teduh.

"Kita tetap jadi teman, kan?" Aku mengangguk.

Gama mencubit hidungku. "Aku pasti bakal kangen sama hidung ini. Karena di sana gak akan ada hidung yang bisa aku tarik-tarik kayak gini."

Aku mendengus sebal. "Sakit tau,"

"Ya udah, aku berangkat, ya? Kamu jaga diri baik-baik. Jangan lupa saran aku."

"Siap!"

Gama tersenyum, dan di detik berikutnya Gama mencium puncak kepalaku cukup lama. Sehingga membuat aku memejamkan mata sesaat.

Ciuman yang sangat tulus. Dan aku tau, Gama memang sangat menyayangiku.

"See you, Gama!!" Teriakku sambil melambaikan tangan ke arah Gama yang berjalan menjauh. Dan dia juga ikut melambaikan tangannya sembari memperlihatkan senyum limited edition-nya padaku.

Senyum itu yang pasti akan aku rindukan nantinya.

*

Setelah mengantarkan Gama, aku berniat untuk kembali menemui Asa dan juga Sam. Aku ingin meminta maaf karena udah kesel sama mereka.

Ekhem

Aku berdehem saat tiba di dekat mereka berdua. Tapi mereka mengabaikanku.

"Sa? Sam?" Panggilku.

"Ngapain lagi lo ke sini?" Tanya Sam dengan nada dinginnya. Sedangkan Asa masih fokus pada handphonenya.

"Gue mau minta maaf."

Asa dan Sam menatapku. Seolah aku ini tawanan yang akan diinterogasi.

"Iya, gue mau minta maaf. Gue emang childish. Gue tau." Kataku.

"Akhirnya ngaku juga." Sahut Asa.

"Untuk itu gue minta maaf karena udah buat kalian kesel tadi. Mungkin bener, gue emang harus dengerin penjelasan dari Alfa dulu biar semuanya jelas. Maafin gue, ya?"

Cukup lama aku menunggu. Memperhatikan Asa dan Sam yang berkomunikasi lewat tatapan mata. Entah apa yang mereka diskusikan.

Asa berdiri dan langsung merangkul bahuku. "Masa iya gue gak maafin lo?" Katanya.

SHATTERED حيث تعيش القصص. اكتشف الآن