2.💔

531K 53K 11.2K
                                    

Aku mencintaimu sampai aku lupa akan posisiku yang tak mungkin bersamamu.

-Gladys

♡♡♡

"Baiklah mari kita bagi kelompok untuk mata pelajaran saya." ucap Pak Egi guru PKN di kelas ku.

Ini sangat tidak aku sukai, dimana aku harus mendapatkan nilai merah kala belajar berkelompok. Bukan aku tak mau kerja, namun mereka selalu menghalangiku kala aku ingin membatu, jahat bukan?

"Gladys, Siska, Didit, Ajeng, dan Bimo. Kalian bahas tentang Empat pilar kebangsaan."

Ditambah aku sekelompok dengan orang yang sering sekali membullyku.

Aku menghampiri mereka, duduk di antara mereka. Mereka mengerjakan tanpa mengajakku.

"Lo kerjain nih."

Siska memberikan kertas yang harus diisi kepadaku.

Aku mengerjakannya sendiri, mereka sibuk dengan heandpone masing-masing.

Setelah selesai saat aku hendak memberi nama, Ajeng langsung menarik kertasnya. Menulis nama anggota, dan namaku di tulis dengan pulpen merah.

"Lah aku kan yang ngerjain, masa aku di merahin?"

"Gue suka aja nulis nama lo pake warna merah, salah?"

Sudahlah sejauh apapun aku membela diriku hasilnya tetap sama, aku selalu kalah.

Bimo mengumpulkan kertas itu ke meja pak Egi. Pasti nanti aku akan kedepan karena namaku merah.

"Galdys mauretta maju kamu!"

Sudah aku pastikan, aku selalu mendapatkan nilai merah di setiap kelompoknya.

Aku maju, aku mendengar bisik-bisik mereka membicarakanku.

"Kenapa setiap pelajaran kelompok kamu tidak pernah bekerja?!"

"Percuma saja saya ngerjain, kalo ujungnya mereka tetap nulis nama saya pake pulpen merah."

Aku menatap mereka, mereka balik menatapku dengan tatapan benci.

Aku mengambil buku tulisku, memberikannya kepada pak Egi.

"Saya kerja kok pak, malah saya sendiri yang kerja. Kalo gak percaya samain aja tulisan saya."

Pak Egi mengangguk paham, entah ada keberanian dari mana aku melakukannya.
"Bimo, Ajeng, Siska, dan Didit ikut ke meja saya!" pak Egi meninggalkan kelas.

Aku jalan ke arah mejaku, bahuku sengaja di tabrak oleh mereka ber empat.

"Dasar cepu! Tukang ngadu!"

Aku tetap diam dan kembali ke mejaku. Aku sangat lelah.

✨✨✨

Jam sudah menujukan pukul 6 sore tapi aku harus bekerja memenuhi kebutuhanku. Papa memang masih memberikan ku uang tapi aku masih butuh banyak uang untuk biaya penyakit sialan ini.

Aku bekerja sebagai pelayan di kafe, aku tak peduli jika ada teman sekolahku melihatku disini.

Toh, aku disini kerja halal kok bukan jual diri jadi, untuk apa aku malu.

Aku biasa bekerja disini sampai pukul 10 malam, ya karena pemilik kafe ini sangat baik kepadaku ia tak mau aku kelelahan karena bekerja.

"Gladys."

Aku menengok mencari seseorang yang memanggilku, aku tersenyum dan langsung menghampiri orang itu.

RETAK [Sudah Terbit]✓Where stories live. Discover now