11.💔

384K 45K 11.4K
                                    

Aku mencintaimu, dan selamanya akan tetap begitu.

***

"Bangun sayang," ucap Aldo sambil menepuk pipi Gladys pelan.

"Eungh...." Gladys melenguh pelan lalu mengerjapkan matanya.

"Mandi terus sekolah," ucap Aldo sambil mengusap rambut sang kekasih lembut.

Setelah perdebatan panjang semalam, akhirnya Gladys kalah. Aldo terus memaksanya untuk tidur berdua di kamarnya.

Hanya sebatas tidur dan memeluk tubuh mungil Gladys, tidak lebih. Mungkin tidak sepantasnya mereka melakukan hal ini. Tapi, keduanya sama-sama menyukai pelukan itu.

Gladys bangun, ia mencoba mengumpulkan nyawanya.

Aldo terkekeh melihat Wajah Gladys yang tetap cantik meski rambutnya sangat berantakan. Aldo mengambil ikat rambut dan mulai menguncir rambut Gladys.

"Makasih," ucap Gladys dengan suara khas orang bangun tidur.

"Mandi sana, biar aku yang siapkan sarapan untukmu," ucap Aldo diangguki oleh Gladys.

Aldo berjalan keluar kamar untuk memasak untuk Gladys. Jangan berfikir psikopat seperti Aldo ini tak bisa memasak. Nyatanya, ia pandai dalam urusan dapur.

Gladys terkejut saat melihat seragam sekolah perempuan yang diletakan di atas kasurnya.

Dari mana Aldo mendapatkan seragam itu? Bahkan semalam ia tak membawa baju sama selali.

"Dia kan sultan, apapun yang dia mau harus ada. Dasar boros," gumam Gladys lalu berjalan menuju kamar mandi.

Sedangkan Aldo di dapur masih sibuk berkutat dengan wajan, ia memasak nasi goreng untuk Gladys. Meski sederhana tapi siapapun yang memakannya merasakan hal berbeda karena orang yang disayangi yang memasakannya.

Tak tak

Aldo memotong bawang penuh penghayatan seolah ia menikmati setiap potongan yang ia ciptakan dari bawang itu.

"Jam berapa ini?" tanya Gladys yang sudah siap dengan seragamnya.

"Baru jam enam. Pembagian rapot jam delapan, kita berangkat jam setengah delapan saja oke," ucap Aldo menatap Gladys sebentar.

"Hm. Kamu pandai memasak ya," puji Gladys sambil tersenyum ke arah Aldo.

"Pagi ini terasa begitu berwarna saat kamu memberikan senyuman itu padaku," ucap Aldo tanpa menatap wajah Gladys.

"Gombal," ucap Gladys.

"Aku tidak gombal. Kamu selalu menganggap begitu padahal apa yang aku ucapkan ini tulus dari hati," ucap Aldo dingin.

"Apa psikopat memiliki hati?" tanya Gladys membuat Aldo tersenyum miring.

"Tentu punya. Hanya saja dia tak memiliki rasa kasihan," ucap Aldo singkat lalu menghampiri Gladys.

"Lanjutkan sana kamu bau bawang," Gladys pindah tempat duduk saat Aldo menghampirinya.

"Aku punya hati, dan hanya kamu yang boleh menempatinya," bisik Aldo di telinga Gladys. Merinding, itulah yang dirasakan Gladys.

RETAK [Sudah Terbit]✓Where stories live. Discover now