16.💔

368K 42.6K 16.8K
                                    

Kamu dan kenangan.

Puter mulmed ya biar kerasa.

***

"Iya bunda? Tumben nelepon ada apa?"

"Kamu sedang sibuk? Datanglah kesini ke rumah sakit FR,"

"Iya bunda, Glad akan pergi ke sana,"

"Berjanjilah, kamu tak akan menangis ya,"

"Apa sih bunda? Kok aneh, suara bunda kayak orang habis nangis aja, aku mau berangkat nih,"

"Hati-hati."

Gladys langsung berjalan meninggalkan rumahnya, dia berjalan menuju depan kompleks perumahannya untuk mendapatkan angkutan umum. Perasaannya tiba-tiba tak enak. Ditambah lagi Bunda Sagara memintanya untuk datang ke rumah sakit.

Ada apa sebenarnya?

Banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya, memikirkan hal apa yang akan dia temui sekarang.

Gladys melambaikan tangan saat angkutan umum lewat di depannya. Meski berdesakan, Gladys memaksakan masuk ke dalam. Hatinya sangat tak karuan.

"Kiri bang." Ucap Gladys saat sampai di depan rumah sakit yang ditunjukan oleh bunda Sagara.

Setelah membayar, Gladys langsung berlari memasuki rumah sakit itu. Banyak yang menyapanya, namun Gladys hiraukan. Mereka semua kenal Gladys, karena Gladys sering sekali datang ke rumah sakit untuk cuci darah.

Gladys menghampiri penjaga administrasi untuk menanyakan tempat dimana Sagara dirawat.

"Permisi Suster Abel pasien yang namanya Sagara ada di ruangan mana ya?"

"Hai Gladys sebentar aku cek dulu ya," ucap suster itu ramah.

"Ada di ruangan operasi di lantai dua."

tanpa banyak bertanya garis langsung berlari menuju tangga dan menaikinya dengan penuh rasa khawatir.

Ruang operasi? sungguh banyak sekali pertanyaan yang bersarang di otaknya saat ini, mengapa Sagara masuk ke dalam ruang operasi? apa yang terjadi sebenarnya?

Sampai di lantai dua mata Gladys menatap Bunda Sagara yang sedang dirangkul oleh sang suami.

"Ada apa bunda?" Tanya Gladys berusaha tenang.

Bunda Sagara langsung memeluk tubuh Gladys erat, dan menangis di bahunya. Gladys masih tak paham apa yang terjadi sebenarnya.

"Sagara sedang diambang hidup dan mati," kalimat itu mampu membuat Gladys langsung mematung.

"Maksud bunda?" Tanya Gladys pelan.

"Kamu masih ingat Damian?" Tanya ayah Sagara.

"Iya masih," jawab Gladys.

"Semalam dia kembali, dia terus memanggil namamu. Namun saat kami telepon, kamu tak ada respon, semalam Sagara terlihat sangat menyeramkan, kami nggak bisa buat nahan dia, Sagara lari ke dapur dia mengambil pisau daging dan langsung menusukkan ke dalam perutnya. sekarang kami hanya tinggal menunggu keputusan dari dokter, dan Sagara sedang dioperasi. Dokter bilang pisau itu menembus jantungnya," jelas sang ayah.

Kaki Gladys begitu lemas saat mendengar perkataan orang tua Sagara.

Air mata Gladys luruh begitu saja, saat ini dia juga sangat takut bagaimana jika dia kehilangan seseorang berarti dalam hidupnya lagi?

RETAK [Sudah Terbit]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang