7.💔

424K 47.4K 18.8K
                                    

Tuhan, kesalahan mana yang tak bisa dimaafkan? Begitu besarkah sampai mereka enggan menatapku?

***

"Wah Pa, ini kado yang Angle suka,"

"Wah, bajunya bagus banget,"

"Kadonya banyak banget sih, sampe aku bingung buka yang mana dulu,"

Gladys mengintip di balik lubang kunci pintu kamarnya, ia menatap adiknya Angle sedang membuka banyak kado.

"Kamu mau minta kado apa dari papa sama mama hm?" tanya Glen sambil mengusap surai hitam nan panjang milik Angle.

"Kalo Angle minta black card boleh gak pa?" tanya Angle sambil memeluk lengan Glen.

"Boleh dong," ucap Glen sambil mencubit gemas pipi Angle.

Gladys tersenyum hambar, ia terduduk lemas di dalam kamar yang sunyi nan gelap ini. Hatinya sakit, teramat sakit. Ibarat sebuah gelas yang sudah jatuh dan hancur, hendak diperbaiki sebaik mungkin namun, hasilnya tak akan pernah sama.

"Pa, ucapan selamat ulang tahun itu bisa buat mama sama papa bangkrut ya?" tanya Gladys lirih.

"Aku gak minta macem-macem kok pa, Glad cuma mau dipeluk papa sama mama seperti lima tahun lalu." ucap Gladys lemah.

"Glad cuma butuh dukungan dari kalian. Kurang ya, selama ini Glad selalu ngalah sama Angle. Glad mengorbankan jiwa Glad untuk Angle, tapi apa, papa dan mama selalu mandang Glad buruk, hiks."

Entah sudah berapa banyak tetesan air mata yang Gladys jatuhkan. Tidak bisakah tuhan membuat Gladys tersenyum real di rumah ini?

Gladys mengeluarkan cutter yang selama beberapa hari tidak ia sentuh. Gladys menatap luka lengannya yang masih belum mengering, namun ia terus memperdalam lukanya.

Alay? Lebay?  Katakan saja sekarang, karena kalian tak akan paham dengan kondisi Gladys. Beruntunglah kalian tak mengalami kehidupan seperti Gladys, berbahagialah kalian masih memiliki orang tua yang baik pada kalian.

Jangan berfikiran bahwa Gladys orang paling lemah, jangan membandingkan kondisi kalian dengan Gladys, karena sangat jauh jika dibandingkan.

Gladys berjalan menuju balkon dengan darah yang masih menetes di tangan kirinya. Gladys menatap langit tanpa bintang, seolah memberi isyarat bahwa tidak ada lagi harapan.

Gladys menatap nanar lukanya yang terus mengeluarkan darah. Self injury, adalah kondisi dimana seseorang tak dapat meluapkan emosi, seseorang yang tak dapat membenci siapapun, dan akhirnya mereka menyakiti diri sendiri.

"Kalau bukan karena aku percaya tuhan itu ada, mungkin aku sudah mati saat ini." gumam Gladys membiarkan lukanya terkena angin malam.

"Tuhan, bolehkan aku memilih mati saja? Glad capek jika harus menangis setiap hari. Dulu, papa pernah bilang, surga itu indah tak ada orang yang akan menyakitiku. Apa itu benar?" tanya Gladys pada angin yang menampar wajahnya berkali-kali.

"Kalau itu benar, ajak aku tuhan. Aku dengan senang hati menerimanya." Gladys menopang tubuhnya yang hampir ambruk.

Dengan cepat Gladys mencuci lengannya dengan air hangat. Sakit? Jangan tanyakan hal itu, jika kalian melakukannya dalam keadaan baik-baik saja mungkin akan terasa sangat sakit. Namun, rasa nikmat menjalar di hati Gladys saat melakukannya, karena ia melakukannya saat ia terluka.

RETAK [Sudah Terbit]✓Where stories live. Discover now