3.💔

480K 49.5K 17.8K
                                    

Jatuh bukan berarti aku menyerah, tapi aku hanya lelah sampai kapan aku dipandang sebagai sebuah masalah?

-Gladys.

Author POV.

"Ayo Gladys kejar papa."

"Angle, Gladys, Gilang. Makan dulu nak."

"Gladys mau apa sayang?"

"Kamu anak yang gak berguna!"

"Kamu pem.bu.nuh."

"Psikopat."

Gladys bangun dari tidurnya nafasnya terengah-engah. Dengan segera ia meneguk segelas air hingga kandas.

Mimpi yang berulang kali berputar saat tidur, mimpi yang selalu muncul kala ia tidur terlalu lama.

Jam menunjukan pukul 11 siang, sudah berapa lama dia tertidur? Sampai kepalanya pusing karena tidur terlalu lama.

Gladys berjalan sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Sudah sebulan ia absen dari cuci darah, badannya terasa sangat lemas.

"Membosankan." gumam Gladys sambil membuka jendela balkon.

Cuaca hari ini memang tidak hujan tapi awan hitam masih setia menemani langit.

Gladys sangat takut untuk keluar kamar, takut-takut kalau Mamanya akan menamparnya lagi.

Gladys mengambil ponselnya, seperti biasa ia akan mengirimkan pesan suara kepada sang Mama. Ia akan bercerita tentang hari ini, ia akan berceloteh manja padahal ia selalu di abaikan.

"Mama kepala Glad pusing banget Ma, semalem hidung Glad mimisan lagi. Maafin Glad ya baru bangun, semalem Glad makan tiga butir obat tidur. Abisnya Glad capek banget mah."

Setelah mengirimkan pesan Gladys berjalan ke kamar mandi. Ia membersihkan diri.

Setelah mandi Gladys mengambil kotak P3K untuk mengobati luka di sudut bibirnya.

Saat hendak mengobati lukanya, heandpone milik Gladys berbunyi menandakan ada yang menelponnya.

Nama Siska yang muncul di layar heandponenya. Gladys menekan tombol hijau.

"Jadi lo gak masuk mau lari dari masalah? Sampai kapan pun gue bakal bikin hidup lo gak tenang."

Gladys hanya diam tak menanggapi, lagian ia sudah biasa dengan perlakuan Siska padanya. Sudah berapa kali ia melapor kepada pihak sekolah tapi sama sekali tak ada yang percaya padanya. Mungkin mereka tak mau melibatkan diri dengan anak donatur terbesar di sekolah. Terkadang hidup hanya berpihak pada uang, uang dan uang.

"kenapa lo diem?! Takut? Haha jangan harap lo punya temen bangsat. Gara-gara lo kemaren nilai gue merah!"

Nada yang Siska lontarkan bertanda ia sangat murka, mengapa ia begitu kejam hanya karena satu nilai ia merah? Sedangkan dia sudah membuat nilai Gladys merah di banyak mata pelajaran.

"Awas lo-" tanpa basa basi Gladys langsung menutup telepon dan melemparkan heandponenya ke kasur.

Gladys duduk di bawah kasur sambil memeluk kedua lututnya. Menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

Matanya terpejam, dirinya mulai berkhayal menuju kebahagiaan. Rasanya ia sudah tak memiliki titik terang untuk bahagia.

Sekali lagi ia melihat heandpone miliknya, membuka grup chat kelasnya. Betapa kagetnya ia saat melihat sebuah foto dirinya yang di edit dengan banyak kata-kata yang menjatuhkan dirinya.

RETAK [Sudah Terbit]✓Where stories live. Discover now