38. 💔

248K 30.3K 9.7K
                                    

Bolehkah aku bertanya? Apa kita benar-benar selesai?

_Retak_

Pagi ini Gladys dan Angle sudah bersiap untuk pergi ke kampus, si kembar sedang asyik sarapan bersama Tante dan Om nya.

"Eat a lot, so you can study hard," ucap Lexa menatap keponakannya.

"Hm," jawab Gladys seadanya.

Selesai sarapan Gladys langsung mengambil ransel miliknya, mereka akan berangkat menggunakan sepeda. Karena jarak dari rumah sampai ke kampus hanya memerlukan waktu 10 menit jika menggunakan sepeda.

"Yuk Glad, enakan pake sepeda. Itung-itung irit dan olahraga," ucap Angle yang sudah duduk di atas sepeda.

"Iya, lama juga aku gak naik sepeda," ucap Gladys girang.

"Yuk." Ajak Angle langsung mengayuh sepedanya.

Gladys juga mengikuti Angle dari belakang, udara Jerman sangat menenangkan. Gladys menoleh ke kanan dan ke kiri menatap jalanan yang begitu lenggang. Bibirnya menyunggingkan senyuman indah, pagi ini dia merasa sangat bahagia dan tenang.

Sedangkan Angle mengayuh sepeda dengan kencang, Gladys hanya tertawa melihat betapa antusiasnya Angle pagi ini. Gladys tertinggal jauh oleh adik kembarnya.

Cit.

Gladys berhenti mendadak saat seseorang melambaikan tangan padanya seolah meminta pertolongan. Gladys merasa sangat takut, karena orang di depannya ini tak dia kenali.

"Excuse me, are you one of the college students on campus there?" Tanya lelaki di hadapannya ini.

"Iya em--, eh, yes," jawab Gladys hampir saja menjawab dengan bahasa Indonesia.

"Jadi kamu orang Indonesia?" Gladys terkejut saat lelaki itu menjawab dengan bahasa Indonesia.

"Iya kak," jawab Gladys ragu.

"Hei tak perlu takut, saya bekerja di kampus itu juga. Lebih tepatnya saya dosen di sana," jawab lelaki itu membuat Gladys kaget.

"Wah," ucap Gladys bergumam.

"Bolehkah saya menumpang? Mobil saya mogok, maaf jika merepotkan. Saya menunggu taksi tapi belum ada yang lewat," ucap lelaki itu dengan nada sopan.

Gladys bingung, haruskah dia berboncengan dengan lelaki yang dia tidak tahu asal-usulnya dan asing baginya. Tapi, Gladys tak tega jika meninggalkan dia sendiri, apalagi katanya dia seorang dosen di kampusnya.

"Hm, boleh deh," jawab Gladys sambil turun dari sepedanya.

"Terima kasih." Lelaki itu langsung mengambil alih sepeda dan Gladys naik di belakangnya sambil memegang kedua bahu lelaki ini.

Rasanya sangat canggung, Gladys merasa tidak asing dengan wajah lelaki yang sedang mengayuh sepedanya ini, wajahnya begitu familiar baginya.

"Pak, kalo boleh tau, nama bapak siapa?" Tanya Gladys penasaran.

"Saya Mark," jawab lelaki bernama Mark itu.

RETAK [Sudah Terbit]✓Where stories live. Discover now