28. 💔

282K 33.2K 15.7K
                                    

Mencoba baik-baik saja, padahal rasanya aku ingin marah setiap kali aku melihatmu dengannya.

_Retak_

Gladys mengusap gundukan tanah yang bertuliskan nama seseorang yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Sagara, entah mengapa Gladys sangat merindukan orang yang berada di dalam sana.

Semalam dia bermimpi bertemu dengan dirinya, mimpi yang begitu indah. Gladys yakin, jika seseorang hadir dalam mimpi, itu pertanda bahwa orang tersebut sedang merindukan nya.

"Sagara, aku datang." Gladys menangis.

Suaranya sudah mulai serak, matanya juga sudah memerah. Gladys benar-benar merindukan Sagara, bahkan dia sangat menyesal mengingat hari itu, saat Sagara membutuhkannya dia tak ada.

"Aku kira, semuanya akan baik-baik saja tanpa kamu. Tapi ternyata, aku semakin hancur. Seharusnya, saat itu aku tak selamat, mungkin aku bisa bertemu denganmu di sana." Ucap gadis sambil terus menatap gundukan tanah.

"Aku benci membuka mata ini. Duniaku terasa begitu sulit, Aku kehilanganmu, Aku kehilangan nya, aku juga kehilangan kakakku. Tapi aku mendapatkan kembali kebahagiaan bersama dengan keluargaku."

"Dulu aku hanya berandai-andai, kapan ibuku bersikap baik seperti ibumu Sagara. Harusnya, kamu ada saat aku mulai bahagia. Kamu pernah bilang, jika suatu saat nanti keluargaku kembali utuh, kamu akan bermain ke rumahku. Aku juga ingin mengajakmu berkenalan dengan anggota keluargaku." Ucap Gladys sambil memeluk lututnya.

"Hidupku sulit. Aku mencintainya tapi kepercayaan kita berbeda. Aku mencintaimu, Tapi kita tak berada di alam yang sama." Ucap Gladys menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya.

"Aku harus apa?"

"Aku ingin kembali tidur, Aku juga ingin bertemu denganmu, Sagara. Saat aku tertidur, aku yakin. Semua orang memperdulikanku, terima kasih sudah hadir dalam mimpiku." Ucap Gladys mengusap air matanya.

"Dulu kamu sering mengejekku Aldo adalah pangeran mobil putih. Tapi sekarang dia bukan lagi pangeranku, aku juga bukan lagi ratunya. Sepertinya Tuhan sedang mempermainkanku, dia selalu mengambil hak dan kebahagiaanku, dulu saat aku membutuhkan Kak Gilang, Tuhan ambil dia dari kami." Ucapan Gladys terjeda saat dia melihat seseorang yang tak asing di matanya.

"Saat aku yang berbahagia bersamamu, Tuhan ambil kamu dari genggamanku. Dan terakhir, saat aku memutuskan untuk tetap bersamanya, Tuhan menyadarkanku bahwasanya kami memang tak bisa bersama. Aku tahu, Tuhan akan menjauhkanku dari yang baik, dan aku juga akan mendapatkan yang lebih baik." Ucap Gladys merasa sedikit lega.

Dia tahu, hari ini dia kembali curhat tanpa jawaban. Tapi entah mengapa, berbicara sendiri itu lebih membuat dirinya tenang, daripada harus bercerita kepada orang lain.

Angin menjadi perantara setiap cerita yang telah Gladys lontarkan. Dan angin yang akan membawa setiap perkataan yang telah dikeluarkan untuk orang yang ditujunya.

Matanya kembali menatap seseorang di seberang sana yang sedang duduk sambil menatap gundukan tanah itu. Gladys mencoba mengingat, siapa orang itu. Wajahnya terlihat samar, dan Gladys tak bisa melihatnya dengan jelas.

"Mengapa orang itu terasa tidak asing dimataku. Siapa dia?"

Gladys bangkit dan berjalan mendekati seseorang itu. Dia membulatkan matanya saat melihat siapa yang ada di sana.

"Amy?"

Yha, seseorang itu adalah Amy. Sahabat Gladys.

Bukannya menjawab pertanyaan Gladys, dia malah menatap tajam dirinya. Amy, bangkit lalu berjalan menjauh dari Gladys.

RETAK [Sudah Terbit]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang