P r o l o g

16.8K 588 6
                                    

Langkah kaki mungil itu bergerak dengan sangat perlahan, raut ketakutan tergambar jelas dibalik mata bulat itu terbukti dengan cairan bening yang memenuhi pelupuk matanya. Tanganya kian kuat mencengkram boneka monky yang sedari tadi ia peluk. Bunyi gema kian nyaring saat langkah kaki kecil itu menapaki ruangan sunyi. Meski tempat itu terasa sangat mencekam gadis cilik itu terus melangkahkan kaki, berharap dengan segera menemukan jalan keluar.

"Ayah.... " suara itu terdengar bergetar.

Saat ini ia tengah berada di sebuah proyek pembangunan gedung besar yang rencannya akan dijadikan sebuah Mall, ayahnya adalah arsitek yang menangani model gedung itu. Meski gelap sudah akan menyapa sang ayah mengajaknya jalan-jalan dan justru mereka berakhir kesini untuk melihat-lihat. Tapi karena terlalu asyik bermain dengan boneka monky, gadis cilik itu justru terpisah dengan sang ayah.

"Ayah di mana?"

Pemandangan sekitarnya adalah lorong-lorong gelap yang belum selesai dibuat, netranya tertarik pada sebuah kerangkeng besi yang terlihat menutupi sebuah ruangan. Entah mengapa langkah kecil itu terarah menuju ruangan. Didalam sana semerbak aroma wewangian terasa sangat tajam, banyak sekali bunga mawar dan sesaji yang tersusun di sana.

Anak itu hanyalah seorang gadis kecil polos yang tidak tahu menahu tentang hal-hal seperti itu, tangan mungilnya tanpa ragu mengambil juntaian bunga mawar lalu menciumnya, tentu saja harum. Dicampakannya mawar yang ada di tanganya, lali ia beralih pada guci kuno di meja yang menarik perhatiannya. Aneh saja, karena guci itu nampak berbeda. Tidak memiliki atasan yang terbuka seperti guci pada umumnya, guci itu terbuat dari tanah liat dengan ukiran-ukiran aneh yang sarat akan sesuatu.

Bocah itu meletakan monky yang sedari tadi ia peluk lalu tangannya beralih mengangkat guci itu dari meja. Saat guci sudah berada di tangannya, ternyata guci itu memiliki berat yang tidak kira-kira.

Prang....

Manik matanya membola saat sadar telah melakukan kesalahan, guci itu kini telah menjadi kepingan-kepingan tidak beguna.

"Nak, ayo kita pulang!"

Saat mendengar suara ayahnya, ia langsung berlari menuju sang empu-nya suara, ayahnya itu sudah berdiri di pintu kerangkeng besi. Ayahnya terlihat memiliki raut wajah yang tidak menyenangkan, setahunya ayahnya hanya akan berekspreksi seperti itu saat bunda pulang larut malam dan juga om Hans yang datang mencari masalah.

Satu pertanyaan, apakah gadis kecil itu berbuat kesalahan besar?

***

Selamat datang di 'Pengantin Iblis', cerita ini memiliki genre horor dan juga misteri yang akan membuat kalian merasakan sendiri nuasa horor yang berada di dalamnya. Kalian akan dibuat bertanya-tanya disepanjang cerita dan tentunya ini sangatlah seru.

'Pengantin Iblis' juga memasukan setting sekolahan di awal agar tidak membosankan dan tentunya sangat fresh ya.

Cerita ini fiksi ya bukan nyata semua yang berada di dalamnya hanya imajinasi, hanya sekedar hiburan semata dan tidak ada unsur-unsur menjelekkan suatu pihak manapun.

Karya ini seratus persen milik saya, bukan merupakan plagiat ataupun mengutip ide milik orang lain. Adapun kesamaan dengan novel lain, itu adalah ketidaksengajaan.

Ayo masukan sekarang juga 'Pengantin Iblis' ke daftar favorit.

Selamat membaca dan jangan lupa pencet tombol like yang berada di kiri bawah, jangan lupa juga tuliskan satu patah dua patah kata di kolom komentar.

Sekian, salam cinta dari Author.

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang