L i m a

5.7K 310 1
                                    

Baru saja aku memasuki gerbang sekolah, jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi yang artinya dua puluh menit lagi bel baru akan berbunyi. Terlihat belum banyak siswa yang datang, sekolah masih cukup sepi.

Saat sampai koridor menuju kelasku, kebetulan sekali ada Aleandra yang berjalan beberapa langkah di depanku. Aku memang memiliki niat untuk bertanya sesuatu dengannya, meski kami tidak begitu dekat dan Ale terlihat begitu ketus padaku tapi aku harus menemuinya.

Kata Ria, Ale ini adalah anak indigo, siapa tahu dia bisa menjawab pertanyaanku tentang kejadian tadi malam yang benar-benar menganggu pikiranku.

Aku berusaha mengejar langkah Ale yang begitu cepat, "Aleandra!"

Dia berhenti lalu menoleh ke belakang tetapi begitu melihatku, Ale kembali melangkahkan kakinya.

Sungguh aneh bukan, dia ini memang seperti menghindariku.

"Ale tunggu!"

Kali ini aku berhasil meraih lengannya sehingga mau tidak mau Aleandra harus menghentikan langkahnya.

"Kenapa sih menghindar terus, gue punya salah ya sama lo?"

Aku sudah yakin seratus persen jika aku tidak memiliki kesalahan apapun selain tidak sengaja menabrak Ale waktu itu. Tetapi sebelum itu saja dia sudah terlihat menjaga jarak denganku.

"Lo nggak ada salah, tapi ada sesuatu suatu hal yang mungkin lo nggak ngerti dan nggak bisa gue jelasin."

Kalimat itu tentu membuatku semakin penasaran, memangnya itu apa? Kita sebelumnya juga sama sekali belum pernah mengenal.

"Mungkin gue bisa ngerti kalau lo jelasin."

Aleandra menggeleng, "Tapi gue nggak mau berurusan sama lo apapun alasannya!"

Setelah mengatakan kalimat itu Ale melangkahkan kakinya pergi. Aku sama sekali tidak lagi memiliki keinginan untuk menahannya tetap disini, walaupun kalimatnya itu justru menambah beban pikiranku.

***

Pelajaran baru saja dimulai beberapa menit yang lalu, pak Handi selaku guru fisika yang pagi ini mengajar. Pelajaran di jam pertama ini cukup menyenangkan menurutku, fisika itu adalah mata pelajaran yang kusukai.

Aku menyiapkan buku catatan untuk mencatat hal apa saja yang di jelaskan oleh pak Handi. Untuk pelajaran yang kusukai aku akan dengan semangat mencatatnya sedangkan yang tidak kusukai aku akan lebih memilih untuk tidur.

Swing,

Seklebat bayangan hitam berlalu di depan mataku, aku mengedarkan pandangan dan tidak melihat apapun yang aneh, semuanya tengah fokus pada penjelasan pak Handi. Mungkin itu hanya halusinasiku saja.

Swing,

Bayangan itu berlalu lagi, tapi kali ini membuat ruang kelas ini terlihat jauh berbeda. Tubuhku sampai kaku melihat pemandangan yang kini nampak di depan mataku.

Ada sesosok wanita dengan rambut menjuntai hingga lantai di belakang meja guru, dia menghadap ke tembok sehingga aku hanya bisa melihat bagian belakangnya saja. Seorang anak kecil dengan satu mata yang tertanam paku terlihat berjalan mondar mandir mengegelilingi wanita berambut panjang.

Jika melihat ke atas, ada mahluk besar yang hanya separuh tubuhnya saja yang nampak, sedangkan bagian atas tubuhnya menembus plafon.

"Alana, lo kenapa?"

Aku baru menyadari ternyata seluruh tubuhku ini sudah bergetar, aku menoleh untuk mengalihkan pandanganku pada Ria.

Tapi tepat di samping Ria ada seorang perempuan yang memperlihatkan giginya yang seruncing jarum. Matanya berwarna merah menyala begitu dengan urat kehitaman yang memenuhi seluruh wajahnya. Wanita itu menjulurkan lidahnya kepadaku, lidah itu begitu panjang.

Sedikit demi sedikit ia mendekat ke arahku, kini hanya tersisa jarak lima senti saja antara aku dengannya. Dia membuka mulutnya lebar-lebar siap untuk menancapkan gigi runcingnya.

"Aaaaaaa—"

Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu, karena semuanya berubah menjadi gelap.

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Dont forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang