D u a P u l u h D e l a p a n.

3.7K 266 5
                                    

Entah kenapa tangan ini gatal untuk up, padahal belum di revisi hehe. Jadi maklum ya kalo banyak typo, selamat membaca ❤️






══════ ══════











Begitu kami menuruni bukit, kami disambut oleh beberapa anak-anak yang tengah bermain. Ciri fisik mereka agak berbeda dengan manusia, ada yang memiliki tanduk dan kulit mereka pucat seperti tidak dialiri darah. Tetapi menurutku itu tidak begitu aneh, selagi tidak menyeramkan.

Anehnya saat kamu berlalu, anak-anak yang tadinya berlarian dengan riang itu menjadi berhenti, tanpa kata mereka membungkuk pada Adamir. Seperti tengah memberi hormat pada kedatangan Adamir. Sedangkan Adamir hanya diam dan melewati mereka begitu saja.

"Kenapa mereka memberi hormat padamu?"

"Karena mereka mengenaliku sebagai anggota kerajaan, dengan tanda mata merahku."

Ya manik mata Adamir berwarna merah, tetapi warna merah itu entah mengapa terlihat begitu berbeda,  elegan dan menawan. Padahal seharusnya kan aneh jika manik mata  berwarna merah.

"Jadi kau tinggal di istana megah itu?"

Adamir mengangguk, "bukan istana, itu hanya sebuah rumah."

Kerajaan itu menjulang begitu tinggi, megah dan menjadi bangunan yang pasti nampak dari sudut manapun di tempat ini. Tetapi Adamir hanya menyebutnya sebagai rumah.

"Kau seorang raja?"

Adamir terkekeh, "tebakkanmu salah."

Kami lanjut berjalan, melihat bagaimana tempat ini masih ramai meski malam hari telah tiba. Ya, mereka semua nampak tengah beraktivitas.

"Mengapa malam hari seperti ini justru sangat ramai?"

"Malam hari adalah waktu untuk beraktivitas, sedangkan siang hari akan sangat sepi."

Aku lupa fakta itu, jika waktu di dunia ini memang berbeda dengan dunia nyata. Mereka pasti akan beraktivitas di malam hari, berkebalikan dengan manusia.

Kami berhenti di sebuah jembatan, memperhatikan sebuah mahluk besar yang tengah berendam di air. Besarnya tiga kali lipat dari sapi, ia memiliki sisik keras dan sayap yang tidak terlalu besar, kepalanya tidak mirip naga tetapi mirip ular.

"Apa itu?"

"Siluman air, dia penjaga mata air."

Bentuknya memang agak aneh, tetapi aku tidak takut. Selama Adamir ada disampingku aku akan selalu merasa aman.

"Bentuk aslinya adalah naga besar yang bisa terbang, tetapi karena dia penjaga air, maka dia menggunakan wujud itu."

"Lalu bagaimana denganmu?"

Pertanyaan itu kutujukan padanya, karena memang selama ini yang menjadi pertanyaan terbesarku adalah bagaimana wujud aslinya.

Begitu juga dengan yang dikatakan oleh Aleandra, dia selalu bersikeras jika iblis itu memiliki bentuk yang menyeramkan. Jikalaupun berwujud manusia, maka ia tengah menyamar. Tentu saja membuatku semakin penasaran dengan wujud asli Adamir.

"Kau ingin melihat wujud asliku?"

Aku mengangguk dengan mantap, "aku sangat penasaran dengan wujud aslimu, karena kuyakin yang saat ini kulihat bukan wujud aslimu."

"Kau benar, ini memang bukan wujud asliku, aku menggunakan wujud ini agar terlihat sama seperti manusia."

"Kenapa kau berbohong, dengan tidak menunjukkan wujud aslimu?"

"Aku barusan mengatakannya Alana, karena kau adalah manusia, tentu aku ingin kau melihatku tampak seperti manusia juga. Ini memang bukan wujud sejatiku, tetapi bisa dikatakan ini adalah wujud manusiaku."

Aku sebenarnya sudah siap dengan pernyataan Adamir itu, tetapi entah mengapa aku menjadi merasa kecewa. Jadi selama ini ia selalu datang dengan wujud palsu itu, membohongiku dengan wajah super tampan itu, agar aku jatuh hati padanya.

Iblis tampan? Huh, rupanya itu hanya khayalan semata. Pasti setelahnya Adamir akan menampilkan wujud yang begitu menyeramkan itu.

"Kalau begitu biarkan aku melihat bagaimana wujudmu yang sebenarnya."

Wajah Adamir menampakkan raut yang aneh, ia seperti tidak setuju tentang permintaanku satu ini. Mungkin dia takut jika aku ketakutan dengan wujud aslinya, karena bagaimanapun dia adalah seorang iblis.

Bagaimanapun juga aku harus siap menerima segala kengerian yang akan kulihat.

"Wujudku jelas berbeda dengan manusia, kau benar-benar yakin ingin melihatnya?"

Aku mengangguk, "tentu saja, perlihatkan itu."

Adamir mundur beberapa langkah, dia memejamkan matanya sebentar. Setelah dia membuka mata, manik merahnya itu nampak semakin pekat saja. Kuku-kukunya perlahan menghitam, membuat itu nampak seperti kuku yang baru saja dicat hitam.

Rambut Adamir memanjang, yang tadi memiliki gaya rambut taper cut, kini terus memanjang hingga mirip gaya rambut wolf cut atau sebut saja gondrong belakang. Entah mengapa aku merasa dia lebih cocok dengan gaya rambut yang sedikit acak-acakan seperti itu, itu lebih menawan.

Sepasang sayang mengepak di belakang punggungnya, aku pernah melihat sayap itu saat dulu Adamir menyelamatkanku. Sepasang tanduk kecil juga mencul di kepalanya, tetapi itu tidak tinggi sehingga hanya sedikit menyembul karena tertutup rambutnya.

Sejenak aku terpaku, dia terlihat lebih bersinar, seolah sinar bulan purnama itu hanya datang untuk dirinya.

Adamir nampak sangat gagah dengan penampilan itu, jantungku berhasil berdetak sangat kencang olehnya.

"Ini wujud iblisku, kuharap kamu tidak takut Alana."

Aku menggeleng, bagaimana aku bisa takut. Adamir nampak lebih mempesona berkali-kali lipat dengan penampilan itu. Sebut saja aku sudah gila karena menyukai tampilannya ini, tetapi memang itu pendapatku.

Tunggu, bisa saja itu bukan penampilannya. Mana mungkin seorang iblis wajahnya bisa setampan itu, bisa saja kan Adamir mengelabuhiku.

"Apakah itu benar-benar wujud aslimu?"

Adamir mengangguk, "Ini wujud sejatiku, sedangkan yang biasa akb perlihatkan adalah wujud manusiaku."

"Kamu pasti berbohong! Seharusnya iblis itu menyeramkan, katakan saja jika berbohong. Lagi pula aku tidak akan takut semenyeramkan apa wujudmu."

Adamir tersenyum, menjentikkan jari dan dengan segera penampilannya berubah lagi seperti semua.

"Alana, apakah kamu tahu mahluk apapun dari dunia kami itu, semakin jahat dia maka bentuknya semakin menyeramkan. Sedangkan mahluk yang tidak memiliki energi negatif, bentuknya tidaklah menyeramkan."

"Kau tidak sedang membohongiku?"

"Untuk apa aku berbohong padamu, Alana."

Tanpa sadar seulas senyuman terukir di bibirku, kalimat Adamir seolah mengandung sihir yang bisa membuatku seketika langsung percaya.

Jika memang itu wujud sejatinya, maka itu justru lebih menawan dari wujud yang selama ini ia tampakkan.

Memang Adamir sudah sangat tampan dengan wujud yang selama ini, tetapi wujud aslinya lebih tampan, seperti memiliki sebuah auranya sendiri.

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Don't forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisWhere stories live. Discover now