T i g a

6.6K 392 1
                                    

"Kantin yuk Lan!"

"Duluan aja, gue mau ke kamar mandi dulu."

Ria mengangguk, "Gue tunggu di kantin, jangan lama-lama ya."

Aku hanya mengacungkan kedua ibu jari sebagai jawaban, Ria beranjak pergi ke kantin begitu juga dengan aku.

Kamar mandi siswa sekolah ini ada 3, di lantai dasar, lantai dua dan di ujung belakang. Berhubungan kelasku letaknya cukup belakang, akupun memilih kamar mandi yang berada di ujung belakang.

Tempat ini sepi sekali, kamar mandi dengan bangunan kelas dihubungkan dengan lorong panjang. Entah mengapa aku merasakan hawa aneh disini, hawa yang membuatku tidak nyaman.

Aku menghentikkan langkah, tidak ingin hawa seperti ini terus menerus menguasaiku. Akupun berbalik, mengurungkan niat untuk pergi ke kamar mandi itu, lebih baik yang berada di lantai dua saja yang tidak terlalu sepi.

Ini aneh tidak biasanya aku bisa merinding dikarenakan hawa aneh seperti ini, terlebih ini adalah siang hari.

Brakk,

Aku tidak sengaja menabrak seseorang karena terlalu sibuk dengan pikiranku. Mendongak, dan melihat wajah tidak bersahabat itu menatapku tajam.

Seragamnya terkena tumpahan minuman dan gelas minuman yang tadinya dia pegang sudah mengenaskan di tanah.

Orang itu adalah Ale, lelaki yang menatapku aneh disaat hari pertamaku masuk sekolah.

"Sorry gue nggak sengaja, gue ganti minumannya."

"Nggak perlu!" Setelah mengucapkan itu dia langsung beranjak pergi.

Namun, aku langsung mengejarnya.

Tentu saja aku merasa tidak enak, sudah jelas-jelas aku yang bersalah karena menumpahkan minumannya. Sebagai teman sekelas yang baik tentu aku harus bertanggung jawab.

"Tunggu!" Aku tidak sengaja memegang lengannya guna membuatnya berhenti, tapi diluar dugaan, yang dia lakukan justru menghempaskan tanganku.

Ada apa dengan orang ini? Kurasa aku tidak memiliki salah dengannya.

"Gue ganti minumannya."

"Nggak perlu!"

Dia melanjutkan langkahnya.

"Lo kenapa sih? Gue salah apa sama lo, kok lo dingin banget sama gue?"

Kalimatku itu tidak digubris sama sekali olehnya, seolah tuli dia tetap melangkahkan kakinya menjauhiku.

"Dasar manusia aneh!"

Ale ini memang bersikap aneh padaku. Seakan sangat membenciku, terlihat dari tatapan tajamnya yang menyeramkan. Memangnya aku salah apa?

***

Aku membuka mata saat hawa dingin menggelitiki kulitku, mataku langsung membola saat hal yang pertama kali kulihat adalah atap yang sangat kotor.

Aku beranjak mendudukan diriku dan melihat sekeliling, bukan lagi kamarku yang bernuansa keunguan tetapi gedung yang belum rampung pembangunannya tetapi terlihat sudah lama tidak dilanjutkan. Sarang laba-laba ada dimana-mana, menunjukan jika gedung ini sudah terbengkalai cukup lama.

Loh mengapa aku berada disini? Bukankah jelas-jelas tadi malam aku tidur di dalam kamar. Aku tidak memiliki riwayat gangguan tidur berjalan atau semacamnya sehingga bisa terbangun di tempat ini.

Aku yakin kali ini bukan mimpi lagi, ini adalah kenyataan.

"Tempat ini enggak asing."

Sepertinya aku merasa tempat ini tidak asing, lorong di ujung saja dan sudut ruangan itu.

Jadi,

Tempat ini adalah tempat yang waktu itu aku mimpikan. Bedanya hanya saat aku bermimpi saat itu, setting waktu di malam hari sehingga ruangan temaram karena hanya cahaya bulan menerangi. Sedangkan sekarang adalah pagi hari.

Benar tidak salah lagi, tempat ini memang benar tempat yang waktu itu aku mimpikan. Di mimpiku di sudut ruangan itu berdiri seorang wanita berambut panjang dan berbaju putih, lalu dari lorong itu muncul bayangan hitam besar yang semakin mendekat.

Untung sekarang aku tidak melihat apapun.

Dengan segera aku melangkahkan kakiku untuk mencari jalan keluar dari tempat ini.

Setelah sampai diluar aku mendapati gedung ini dikelilingi dengan seng, mungkin agar tidak ada orang nakal yang masuk dan merusak tempat ini.

Untung saja seng nya terlihat sudah lama, keropos dimana-mana dan ada sedikit celah antar seng sehingga aku bisa keluar meski kesulitan.

Gedung ini berada di depan jalan raya, di sebrang sana ada toko buku dan alfamart. Aku pasti melewati jalan ini jika pergi kesekolah karena rumahku berada sekitar 200 meter dari sini.

Jadi ini pulangnya aku harus berjalan kaki karena tidak membawa uang sepeserpun. Mana aku masih memakai piyama lagi.

Setelah sampai dirumah aku mendapati bunda yang tengah menyiram bunga di halaman rumah.

"Loh kamu darimana?"

Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, haduh harus jawab apa ini? Tidak mungkin kan aku jujur mengenai kejadian di luar nalar itu.

Bunda ini orangnya parnoan, kalo aku cerita yang ada nanti bunda yang kebawa pikiran.

Tapi, kejadian itu bukankah hal yang benar-benar aneh?

"Habis joging Bun,"

"Joging pake piyama?"

Aku mengangguk, daripada harus menceritakan yang sebenarnya terjadi. Tidak apa berbohong sedikit demi kebaikkan.

"Iya Bun."

"Ih malu-maluin aja kamu, kalo diliat tetangga kan enggak enak. Kita kan baru pindah nanti dikatain orang aneh Lana."

"Ma-maaf Bun, Alana tadi buru-buru jadi lupa mau ganti baju dulu."

"Besok jangan diulangi lagi, ganti baju kalau mau jogging."

"Iya Bun, kalo gitu Lana mandi dulu ya dadah."

Aku langsung beranjak dari hadapan Bunda, tidak ingin Bunda bertanya lain-lain lagi padaku.

Otakku masih pusing mencerna ketidaklogisan dari peristiwa yang baru saja terjadi, ini sungguh aneh dan tentunya merupakan kejadian di liar nalar.

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Dont forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisWhere stories live. Discover now