D u a P u l u h S a t u

4.3K 304 3
                                    

"Non, Alana mau ngapain ke gudang? Tadi malam soalnya mbok denger ada suara orang nangis dari dalam gudang."

Baru saja aku akan memutar knop pintu tetapi kuurungkan kembali saat mendengar suara dari mbok Ijah. Annaliese memang masih menahan hantu Indira di dalam gudang, tetapi mengapa mbok Ijah bisa sampai mendengar tangisan yang kuyakin adalah suara dari hantu Indira.

"Suara tangisannya lama?"

Mbok Ijah menganggukki ucapanku, "Agak lama Non, tapi suaranya jelas banget dari dalam gudang. Mbok mah nggak berani mau lihat ke dalam."

Mungkin saja mbok Ijah ini memang sedikit sensitif atau hantu Indira memang ingin memperlihatkan tangisnya. Entahlah aku juga tidak tahu, hanya dua itulah prasangkaku.

"Alana!"

Panggilan itu mengalihkan perhatinku, kulihat bunda yang baru saja pulang, masih lengkap dengan jas dokternya. Bunda mengajakku untuk duduk di sofa, semoga saja bunda sudah mendapatkan banyak informasi.

"Bunda udah dapat informasi?"

Bunda mengangguk, "Dokter yang kamu gambar ini namanya dokter Reno Adrian, dia seorang dokter umum. Reputasinya cukup baik, cuma memang dokter Reno jarang bergaul. Sekarang ini dokter Reno baru bertugas ke luar kota dan baru akan kembali besok lusa."

"Dia jahat banget Bun, dia harus dapat balasan yang setimpal."

Bunda ikut mengangguk, membenarkan ucapanku.

"Bun kalau menyelinap masuk ke sana susah nggak sih?"

"Kamu beneran mau nyelidikin? Masalahnya ini bisa saja berbahaya."

Sebelum melaporkan ke polisi tentu aku membutuhkan barang bukti, jika tanpa barang bukti yang ada aku yang dikenai pasal karena sebuah tuduhan palsu. Namun, mencari bukti tidaklah semudah itu, di rumah sakit penuh dengan CCTV dan penjaga, tidak bisa keluar masuk sembarangan ke ruangan dokter jika tidak ingin mendapatkan masalah.

Tunggu dulu, jika tidak salah Ale mengatakan Indira dibawa dokter itu sehingga sekarang kemungkinan dalam pencarian orang hilang. Kalau kejadiannya seperti itu maka CCTV di sekitar ruang rawat Indira tidak berfungsi atau malahan tidak ada CCTV.

"Ada nggak Bun, bagian rumah sakit yang nggak ada CCTV-nya?"

"Setiap bagian ada, hanya saja kalau tidak salah ada 4 CCTV rusak dan belum sempat diganti oleh pihak rumah sakit."

"Kalau begitu Alana bisa menyelidikinya, Bun."

"Besok Bunda bantu awasin, tapi kamu harus hati-hati ya."

"Gimana kalau sekarang aja, kan bunda bisa gitu masuk ke sana lagi, terus bunda bawa Alana kesana."

Bunda adalah seorang dokter yang bekerja disana, jika masuk ke rumah sakit malam hari seperti ini pun tentu tidak akan akan dicurigai oleh security dan tetap akan dipersilahkan masuk. Berbeda jika misal orang luar, tentu saja tidak akan diijinkan masuk, karena jam jenguk itu memiliki batasan waktu.

"Udah malam, rumah sakit tuh serem banget kalau malam."

"Tapi Bun justru malam itu waktu terbaik untuk menyelidiki karena sudah tidak banyak orang, Alana cuma perlu ke sebuah tempat yang CCTV-nya mati."

"Kamu nggak takut Alana, kamu kan bisa lihat mereka, nanti kalau kamu di apa-apa in gimana?"

"Enggak Bun, mereka nggak mungkin jahat karena niat Alana juga nggak jahat. Kalau Alana berniat yang tidak-tidak, barulah mereka bisa jahat balik."

"Kamu yakin mau kesana sekarang?"

"Yakin banget, Bun."

***

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang