T u j u h B e l a s

4.7K 303 3
                                    

Mentari pagi baru saja menampakan sinarnya, aku terbagun karena suara alarm dari handphoneku, setelah mematikannya aku langsung bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi. Sebenarnya hari ini aku bisa bangun jam berapapun karena ini adalah hari minggu, yaitu hariku untuk bersantai di rumah, tetapi aku lebih ingin menghirup udara segar di luar rumah misalnya jalan-jalan ke taman depan komplek.

Setelah selesai mandi, aku mengenakan pakaian santai dan hendak bergegas untuk turun ke meja makan, disana sudah ada bunda, anehnya di meja yang kosong ada juga Annaliese, meski ku yakin bunda tidak akan bisa melihat dirinya. Sebelum mendudukan diri aku sempat mencuri pandang ke arah Annaliese, ia memperhatikan bunda yang tengah mengambil makanan, bukan tatapan aneh ataupun jahat, hanya sekedar memperhatikan saja.

"Ayah kemana Bun?" tanyaku untuk membuka percakapan.

"Lagi sepedaan sama temen-temennya," ucap Bunda, selanjutnya bunda melangkahkan kakinya ke dapur, mungkin akan membantu mbok Ijah mengambil makanan.

"Ada orang baru," ucap Annaliese tiba-tiba.

Aku tentu hanya bisa menatapnya dengan keheranan karena tidak tahu maksudnya, "Apa maksudmu, Annaliese?"

"Dia bisa dibantu, kamu karus membantunya Alana."

Kata Ale, arwah seseorang mempunyai prosesnya masing-masing, bahkan bukan cuma arwah tetapi kematian seseorang juga seperti itu. Kita tidak memiliki hak apalagi kewajiban untuk ikut campur dalam masalahnya, tetapi jika untuk membantu mungkin dibenarkan, misalnya membantu seseorang yang tersesat. Tetapi aku tidak memiliki kemampuan itu tentunya, aku saja baru saja bisa melihat mereka, itupun tidak bisa membedakan jenis dan kualifikasi mereka masing-masing.

"Dimana?"

"Ikuti aku," sahutnya pelan.

Aku mengikuti langkahnya yang berjalan menuju ke bagian samping, dia menembus pintu dengan begitu mudahnya sedangkan aku tentu harus membukanya karena aku tidak bisa menembus pintu. Annaliese membawaku ke halaman samping, yang biasanya digunakan mbok Ijah untuk menjemur pakaian. Disana ada seorang wanita dengan pakaian rumah sakit, tetapi banyak sekali darah yang mengenai area selangkangannya hingga ke pakaian, jika tidak salah darah itu berasal dari area intimnya.

Annaliese yang terlebih dahulu maju, ia mencoba menenangkan wanita yang tengah menangis dengan keras itu. Annaliese ini memanglah jenis hantu yang terlihat sama persis seperti manusia, bentuknya tidak aneh, tidak memiliki darah dan gaunnya ini begitu rapi, jadi siapapun yang melihatnya tidak akan takut pada Annaliese.

"Kenapa kamu menangis?" tanyanya pada hantu itu.

"Tolong aku! Tolong aku!" raungnya masih dengan air mata yang mengalir deras.

Melihat balasannya yang terlihat bersemangat itu membuatku, mundur satu langkah, seperti ada dendam mengebu di hatinya dan aku merasa tidak nyaman. Sebenarnya aku juga agak ngeri melihat darah di selangkangannya itu, penampilannya juga sangat acak-acakan. Tetapi selebihnya tidak ada yang menakutkan.

"Tolong aku!" kali ini raungan itu diakhiri dengan rintihan pilu.

Entah perintah dari mana, aku memajukan diriku, berdiri di samping Annaliese dan menatap lekat wajah hantu itu, "Kamu bisa menceritakan terlebih dahulu, apa yang terjadi padamu?"

Jujur saja aku sangat penasaran dengan hal yang membuatnya harus berada disini, juga darah itu, apakah dia meninggal karena keguguran atau apa?

Dia tidak menjawabku justru menatapku penuh harap, "Tolong aku!"

"TOLONG AKU!" kini ia berteriak sangat keras, kuyakin jika orang lain mendengarnya, mereka pasti akan keluar rumah dan mencari sumber teriakan, untung saja tidak ada yang bisa mendengarnya. Aku saja sampai menutup telingaku sangking kerasnya ia berteriak.

"Jika kau ingin dibantu ceritakan semuanya," kini Annaliese yang berucap.

Ucapan itu tidak digubris, ia justru menghilang entah kemana. Tetapi anehnya masih terdengar jelas suara tangisannya, malah terdengar sangat kencang dan memekakan telinga. Akhirnya mengajak Annaliese untuk masuk saja, sepertinya hantu barusan tidak dapat diajak komunikasi dengan baik.

"Jika suara tangisannya semakin kencang maka dia berada dalam jarak semakin jauh."

Aku terhenti karena ucapan itu, aku menengok ke arah Annaliese yang berada di belakangku. Aku pernah mendengar jika katanya, seorang kuntilanak suara tangisan atau ketawa jika terdengar samar maka ia dekat sebaliknya jika terdengar kencang maka dia jauh. Jadi maksudnya, hantu yang tadi itu adalah seorang kuntilanak?

"Dia kuntilanak?"

"Mungkin orang-orang menyebutnya seperti itu, seseorang yang meninggal berhubungan dengan kehamilan atau anak, saat menjadi arwah penasaran, seperti itulah orang-orang menyebutnya."

Aku hanya mengangguk-anggukan kepala, jadi kuntilanak itu tidak melulu seorang hantu wanita dengan gamis putih dan rambut super panjang ya. Pokonya mereka yang meninggal berbuhungan dengan anak dan kehamilan, tapi kalau dilihat-lihat hantu yang tadi tidak menyeramkan juga sih, hanya darah di selangkangannya yang sangat banyak itu saja sih.

"Tapi terlihat dendam di hatinya, ia seperti menangis karena marah."

"Memang seperti itulah, dia masih belum lama, belum ada satu bulan meninggal. Melihat dendam dihatinya, jika ia tidak segera dibantu, maka ia akan menjadi roh jahat."

"Roh jahat?"

"Apa kamu sering mendengar kuntilanak merah atau kuntilanak bertaring."

Aku bukanlah spesialis hantu, juga masih menjadi seorang indigo amatiran, jadi sudah dipastikan aku tidak tahu sama sekali lah tentang itu. Bahkan baru tahu setelah Annaliese berbicara, jadi kunti itu juga ada jenisnya.

"Aku nggak tahu," ucapku jujur.

"Mereka yang meninggal dengan dendam di hati, maka sedikit demi sedikit pengaruh dari hal-hal negatif akan mengasai hatinya, membuatnya perlahan-lahan menjadi arwah pendendam yang semakin lama melupakan ingatannya tetapi tidak dendam dihatinya. Yang seperti itu sangat berbahaya karena jika memiliki energi yang besar, bisa menyerang."

"Jadi dia harus segera ditolong?"

"Tentu saja, pikirannya sekarang ini sedang kacau atau biasa disebut depresi, jika dibiarkan maka yang negatif akan mempeganruhi dirinya untuk menjadi pendendam."

"Tapi kenapa kamu tidak seperti itu? Aku heran, bisa ada hantu kaya kamu, yang udah kaya orang hidup saja, kamu bahkan tahu banyak hal."

Annaliese menyunggingkan senyumannya, "Karena aku masih sadar sepenuhnya, baik itu dahulu maupun sekarang, jadi sosok yang negatif tidak bisa mempengaruhiku. Tidak sedikit juga yang sepertiku, hanya menunggu waktu sesuai proses masing-masing."

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Dont forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang