D u a P u l u h T u j u h

3.6K 243 14
                                    

"Jangan percaya, Alana. Lo tau kan kalo dia itu iblis?"

Kini wajah Aleandra benar-benar nampak serius.

"Tentu tahu, tapi sepertinya dia berbeda. Wujudnya seperti manusia, dia tidak terlihat berbahaya, Le."

Sejauh ini, itulah yang aku ketahui tentang Adamir, dia sangat berbeda dengan iblis lainnya, yang katanya memiliki sepuluh mata. Adamir memiliki fisik yang sempurna, bahkan dia bisa bisa disebut tampan tanpa cela. Dia juga sama sekali tidak pernah menjahatiku, justru beberapa kali menyelamatkan hidupku.

Aku memang sulit untuk percaya tentang takdir benang merah itu, tetapi aku bisa percaya jika Adamir tidak jahat. Jika tidak ada dia, bisa saja aku sudah mati saat menyeberangi tempat menyeramkan waktu, untung saja Adamir tiba tepat waktu.

"Iblis itu penuh tipu daya, lo jangan sampai percaya Alana. Iblis bisa berubah menjadi apapun, bahkan meniru bentuk manusia, mungkin lo memang belum di tampakkan wujudnya yang asli."

Sejenak semua kepercayaanku pada Adamir goyah, kalimat Aleandra itu ada benarnya. Apa mungkin aku saja yang terlalu bodoh karena percaya padanya. Apakah semua yang dilakukan Adamir hanya untuk mendapatkan kepercayaanku, apakah wujud aslinya begitu menyeramkan?

"Tapi—" kalimat Ale menggantung, ia menatapkh dengan tatapan aneh.

Bagaimana bisa dalam waktu secepat itu, ekspresi Ale sudah berubah drastis.

"Ikatan di tubuh Lo rumit, Lo tau kan waktu pertama Lo pindah gue nggak mau berurusan dengan Lo karena aura Lo berbeda. Ikatan itu dulu kelihatan samar, tapi sekarang kaya semakin kuat."

***

"Alana," panggilan itu terdengar begitu lembut di telingaku.

Aku menoleh dan mendapati sosok Adamir tengah berada tepat di sampingku. Seperti biasa wajah Adamir selalu tampak menawan. Kali ini Adamir menggunakan jubah hitam panjang  yang menutupi kepalanya.

"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan."

"Kemana?"

Dia tidak menjawab, justru mengulurkan tangannya. Tentu saja aku menerima uluran tangan itu. Sensasi dingin langsung bisa aku rasakan, tangannya memang benar-benar dingin seperti es.

Adamir menyingkap jubahnya menuju ke arahku, hingga pandanganku tertutup.

Begitu Adamir menurunkan jubahnya, tempat yang tadinya adalah balkon rumahku, kini berubah menjadi bukit ilalang dengan pemandangan luar biasa di depannya.

Bukit ilalang ini memiliki pemandangan sebuah peradaban kota besar di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukit ilalang ini memiliki pemandangan sebuah peradaban kota besar di depannya. Aku terpukau dengan keindahan dan kemegahan itu, benar-benar sangat indah dan sepertinya aku baru pertama kali melihat hal seindah ini.

"Ini duniaku, Alana."

Aku tidak menjawabnya, karena masih cukup takjub dengan pemandangan di depanku.

Biasanya Adamir membawaku ke kamarnya. Kamar super luas dengan berbagai furnitur kuno tetapi indah. Kali ini yang nampak adalah kota dengan gaya eropa mungkin.

Memang tidak ada gedung pencakar langit dan juga benda elektronik seperti tiang listrik, tetapi itu sangat megah. Di tengah-tengah kota itu ada sebuah bangunan kerajaan yang begitu besar, menaranya menjulang hingga menyentuh awan.

"Ini indah," ucapku tanpa sadar.

"Ingin turun?"

Aku mengangguk, tentu saja aku penasaran untuk masuk kesana, barangkali untuk melihat-lihat.

"Tapi tidak sekarang, aku ingin menikmati pemandangan ini dulu."

Pemandangan yang cantik ini tentu tidak bisa aku lewatkan dengan cepat, mungkin beberapa saat lagi barulah aku turun untuk melihat-lihat.

Bulan purnama menggantung di langit dengan gagahnya, padahal aku yakin, di dunia manusia, bulan tidak sedang penuh.

"Aku memiliki sesuatu untukmu," ucapnya.

Adamir mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil yang entah bagaimana bisa muncul di balik jubahnya. Mungkin saja ia memang membawanya sedari tadi tapi aku tidak menyadarinya.

"Apa ini?"

"Bukalah!"

Aku membukanya dan mendapati sebuah kalung berliontin mawar, itu sangat cantik dan berkilau.

Aku membukanya dan mendapati sebuah kalung berliontin mawar, itu sangat cantik dan berkilau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini cantik," ucapku.

"Aku bantu memakainya."

Adamir meraihnya, menyingkirkan rambutku, lalu mekaikannya di leherku.

"Jangan pernah lepaskan ini," ucapnya.

Entah sihir apa yang dia gunakan, aku menjadi penurut dan mengangguki ucapannya.

"Terima kasih."

═══════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Don't forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang