T i g a P u l u h D u a

4.6K 351 70
                                    

Hujan sudah tinggal rintik-rintik tetapi Aleandra tetap melajukan motor dengan kecepatan yang lumayan kencang, membuatku mau tidak mau harus berpegang padanya. Ya posisi kami sekarang ini seperti aku memeluknya dari belakang karena jenis motor milik Aleandra adalah motor sport yang tidak memiliki pegangan di belakang.

Apa boleh buat, daripada aku tidak bisa berpegangan pada apapun dan terpental kan tidak lucu.

Swing,

Aku melihat sekelebatan bayangan berlalu lalang di sisi kanan dan kiri jalan, tidak terlalu jelas karena bayangan itu berlalu dengan cepat. Terlebih saat ini sepanjang jalan adalah perkebunan jati.

"Alana," panggilan nyaring itu terdengar begitu jelas di telinga kiriku, tetapi begitu aku menoleh sama sekali tidak ada siapapun.

Sepanjang perjalanan memang baru saat ini ada hal aneh karena sedari tadi tidak ada apapun yang mendekati kami. Tetapi sekarang nampaknya mereka mulai menganggu.

"Ale, mereka datang."

"Tenang aja Lan, ada gue disini," ucapnya menenangkan.

Meski begitu, dapat kulihat dari pantulan kaca spion jika raut wajah Aleandra nampak menunjukkan kekhawatiran.

"Pegangan yang kuat," perintahnya.

Aku menurut dan mengeratkan peganganku pada pinggangnya. Selanjutnya Aleandra menambahkan kecepatan motor.

"Alana," panggilan itu kembali terdengar.

Kali ini jelas sekali jika itu suara seorang wanita, melengking dan nyaring.

Menoleh ke samping kiri lagi, kini kulihat diseberang jalan ada seorang wanita yang tersenyum sangat lebar, begitu lebarnya hingga bibirnya menyentuh daun telinga. Aku langsung memfokuskan pandanganku ke depan.

"Sang pengantin, aku menginginkanmu!" Suara wanita itu terdengar lagi begitu keras dan melengking di telingaku.

Aku berusaha untuk tidak memperdulikannya.

"ALANA!"

Barulah saat teriakan itu terdengar aku reflek kembali menoleh ke sisi kiri, satu meter dari samping kiri ini wanita dengan senyum terlampau lebar itu terbang menyamai laju motor. Memandang tajam ke arahku sembari menunjukan deretan giginya yang ternyata penuh darah.

Saat wanita itu akan mendekat ke arahku, tiba-tiba saja ia langsung terpental dan kesakitan. Aku juga menyadari jika kalung yang aku kenakan terasa sedikit panas.

Dia datang lagi, tetapi kali ini tidak sendiri ada beberapa mahluk lain yang ikut terbang mengikuti kami. Tanganku mulai gemetar saat mahluk hitam besar berada tepat di depan kami, menghadang di tengah jalan.

Aleandra tentu menyadari jika itu bukan manusia, karena itu ia tetap nekat menabraknya. Tidak terjadi apa-apa dengan mahluk itu, justru motor yang dikendarai Aleandra oleng sedikit karenanya tetapi untung saja Aleandra bisa mengendalikannya lagi sebelum kami terjatuh.

"Alana tenang, semua akan baik-baik saja."

Aku mengangguk dengan tangan yang masih gemetaran, aku yakin Aleandra juga melihat semua mahluk yang kurasa semakin ramai ini.

Melihat di kaca spion sebelah kanan, banyak sekali mahluk di belakang yang ikut bersama kami. Beraneka ragam bentuk dan hampir semuanya menyeramkankan.

Apakah aku memang seperti magnet yang menarik perhatian mereka sehingga mereka sangat banyak seperti ini?

Aku memejamkan mata dan menenggelamkan wajahku di punggung Aleandra yang berbalut jas hujan. Tanganku saja sekarang sudah benar-benar melingkari erat perut Aleandra. Aku sudah tidak peduli lagi, karena saat ini aku sangatlah ketakutan.

Pengantin IblisWhere stories live. Discover now