D e l a p a n B e l a s (18+)

6.1K 272 3
                                    

(Hati-hati bagian akhir chapter ini mengandung adegan 18+)

"Kelas kita berbela sungkawa atas meninggalnya, ananda Nita Aryani, pada hari sabtu kemarin. Mohon anak-anak menyiapkan santunan dan yang akan mewakili datang melayat adalah pengurus kelas."

Ucapan bu Sari sebagai pengawal kegiatan belajar mengajar ini cukup membuat ricuh satu kelas, kemarin memang di grub kelas ramai membicarakan tentang Nita, tetapi itu hanya kabar simpangsiur yang belum jelas, kabar meniggalnya Nita tersebar tanpa kejelasan. Saat baru saja bu Sari mengatakannya, tentu kami terkejut. Teman sebangku Nita menangis tersendu, begitu juga dengan beberapa orang teman dekatnya.

"Katanya Nita jatuh dari lantai 3 rumahnya," ucap Ria, setengah berbisik kepadaku.

Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut mendengar meninggalnya Nita, aku sudah mengetahuinya dari pagi hari sebelum Nita meninggal. Ucapan Ale tentang aura merah yang ia lihat memang nyata apa adanya, meski aku tidak bisa melihat langsung juga.

"Kecurigaan gue ke Ale makin besar aja deh, Lan!" seru Ria.

"Jangan gitu, bukan karena Ale."

"Kok lo jadi belain dia sih! Lo udah deket beneran ya sama Ale?"

"Ale tuh bukan orang jahat, dia bisa melihat tanda-tanda orang hari itu akan mati, baik Nita maupun kejadian Angga dahulu, Ale bukan penyebabnya. Dia cuma tahu aja kalau hari itu mereka akan mati."

Kedua bola mata Ria membola, "Mana ada kaya gitu, Alana."

"Terserah kalau lo nggak percaya, gue cuma mau ingetin, jangan asal nuduh orang kalau bukti aja nggak ada."

Mungkin akan sulit meyakinkan seseorang yang skeptis dengan hal-hal diluar nalar seperti itu, bagi mereka yang tidak bisa melihat tentu sama sekali tidak ada buktinya, tidak ada jejak maupun sesuatu konkrit yang menyatakan mereka itu sebenarnya ada. Tetapi berbeda lagi untuk orang yang bisa melihat mereka.

***

Setelah menempuh perjalanan yang tidak     begitu lama, akhirnya aku dan dan Ale sampai di rumahku. Aku tadi memberi tahu kepada Ale tentang hantu wanita yang kemarin menangis di halaman belakang samping. Tidak terduga dia bersedia aku mintai bantuan untuk ikut denganku, katanya ia juga penasaran mendengar aku menemukan hantu yang meninggalnya belum terlalu lama.

Aku mengajak Ale masuk ke dalam rumah, disambut oleh Annaliese yang tengah duduk di sofa, Ale nampak memfokuskan pandangannya pada Annaliese, entah itu tatapan heran atau was-was, aku juga tidak terlalu tahu karena aku bulanlah seorang ahli

"Baru lihat hantu Noni yang bisa keluar dengan bebas." ucapnya santai, tetapi hal itu rupanya di dengar oleh Annaliese yang sekarang sudah menatap Ale dengan tatapan kesal.

"Dia teman gue namanya Annaliese." kulihat raut terkejut bergambar di wajah Ale, entah apa yang ada di pikirannya.

"Lo baru juga bisa lihat mereka, udah punya temen aja."

Aku hanya membalas ucapan itu dengan senyuman saja. Kulihat Annaliese mendekat ke arah kami, dia menatap lekas Ale dengan pandangan yang sulit sekali di artikan.

"Annaliese dia adalah Aleandra, temanku."

Annaliese menyudahi tatapannya pada Ale dan segera mengangguk pelan, "Ikut aku!"

Annaliese memimpin jalan, membiarkan kami berdua mengikutinya dari belakang, ia terus melangkahkan kakinya hingga ke kamar. Aku membuka pintu kamar sehingga sekarang menampakan wanita yang kemarin menangis di halaman bagian samping nampak, ia masih menangis dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Apakah Annaliese yang membawanya kesini?

Pengantin IblisWhere stories live. Discover now