E m p a t P u l u h

1.5K 200 11
                                    

"Seperti yang kemarin saya katakan di telepon Mbah, Alana diikat oleh seorang iblis, kira-kira bagaimana menurut Mbah?"

Kakek tua renta yang mengenakan ikat di kepalanya itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya menatap lekat ke arahku. Mimik wajahnya datar dengan bibir yang hampir melekung ke bawah.

"Sudah kukatakan untuk tidak meninggalkan kota ini, kenapa kalian pergi?"

Ayah diam, wajahnya menunjukan penyesalan yang begitu jelas.

"Hubungan kasus Alana ini adalah dengan iblis, sukar untuk dipecahkan, andai saja kalian tidak meninggalkan kota ini."

Aku sedikit bingung dengan pernyataan itu, karena menurutku aku mau pindah kemanapun Adamir akan tetap ada, seperti yang dia katakan. Adamir akan tetap bisa mengikuti kemanapun aku pergi.

"Lalu bagaimana Mbah? Saya mohon sekali bantuannya."

"Aku akan pergi meminta tolong pada nyai, kalian bisa tinggal disini dahulu sampai aku mendapatkan wangsit dari nyai."

Nyai yang Mbah Suro ini katakan entah itu manusia atau bukan, tapi sepertinya bukan manusia.

***

Sebuah kamar yang berukuran tidak terlalu besar dengan seluruh dinding terbuat dari kayu dan beberapa aksen kuno seperti ranjang yang berada di samping kanan pintu. Setahuku kamar-kamar di kediaman Mbah Suro ini tidak hanya satu dua, melainkan cukup banyak, mungkin ada puluhan.

Mbah Suro ini memang membuka praktik spiritual yang kebanyakan pasiennya diharuskan menginap di rumahnya, dengan biaya-biaya yang dihitung per-hari mulai dari kamar hingga makanan yang disediakan. Menurutku ini adalah bisnis dan bisnis ini cukup menghasilkan keuntungan yang banyak. Permalam kamar ini memiliki harga dua ratus lima puluh ribu, jadi bayangkan saja jika sampai berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan sepertiku dahulu.

"Alana," panggilan itu berasal dari suara maskulin yang kuhafal.

Adamir sudah berdiri di depan jendela, entah bagaimana dia masuk kesini karena tiba-tiba saja ada disitu, padahal kuyakin sekali jika tadi dia tidak ada.

"Bagaimana bisa kau berada disini?" tanyaku dengan keheranan.

Tunggu, bukankah Mbah Suro mengatakan jika tidak pindah dari malang maka aku tidak akan mungkin mendapatkan gangguan. Itu artinya tempat ini bisa untukku bersembunyi dari Adamir, tetapi kenyataannya saat ini Adamir sudah berdiri di depanku dengan lengkap tanpa kurang satu apapun.

Aku jadi sedikit bingung dengan ini.

"Karena aku merindukan mu," ucapnya dengan satu sudut bibir yang tertarik ke atas.

Lelaki ini sangat jarang tersenyum, meski itu tipis tetapi menurutku sangatlah manis dan membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan dari wajahnya yang nyaris sempurna itu. Entah kenapa senyumannya itu seolah menular dan membuatku untuk ikut tersenyum.

"Kau sangat manis saat tersenyum Alana," ucapnya lagi saat aku bahkan belum sempat untuk menjawabnya.

Jujur saja hatiku berbunga mendengar ucapannya itu, tapi sebelum kewarasanku mulai hilang aku langsung menyadarkan diri untuk memperbaiki ekspresi wajahku.

"Untuk apa kau disini?"

"Ayah yang ngajak jadi aku nggak bisa nolak, tapi dukun itu sepertinya aneh."

"Dia hanya manusia serakah yang menginginkan uang."

"Apakah kemampuannya tidak benar? Tapi kulihat dia memiliki banyak peliharaan dan mahluk yang menjaga rumah ini."

Disini aku melihat banyak sekali mahluk, tidak hanya yang ada saat aku pertama kali masuk. Tetapi yang berlalu lalang juga cukup banyak, tempat ini sangat ramai dan pastinya nanti saat malam hari akan lebih ramai.

"Dia memang memiliki banyak peliharaan, tapi tidakkah kau tahu bagaimana cara kerjanya dalam mengelabuhi?"

Aku menggeleng, sama sekali tidak tahu. Popularitas dukun sendiri cukup terkenal di wilayah ini, masih banyak orang yang begitu mempercayai dukun, alih-alih mempercayai dokter yang cara  pengobatannya lebih nyata.

"Mereka mengirim mahluk yang bisa mengelabuhi manusia agar mereka terlihat sembuh tapi sebenarnya itu bukanlah pengobatan."

"Saat kecil aku dulu pernah berobat disini sampai berbulan-bulan, apakah lah yang serupa juga terjadi?"

"Kau yakin sembuh Karen dukun itu?"

Aku mengangguk, aku bahkan sampai harus berada disini berbulan-bulan hanya untuk mendapatkan kesembuhan. Entah sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan oleh ayah dan bunda apada saat itu.

"Tentu saja."

"Bukan dia yang membuatmu sembuh."

"Lalu siapa?"

"Apakah kau akan percaya jika orang itu adalah aku?"

"Bagaimana mungkin?"

"Saat itu kau masih sangat kecil, aku bahkan belum mengenalimu. Kau pergi ke gedung yang memiliki perjanjian dengan iblis dan kau tidak sengaja mengacaukan ruang ritual dengan memecahkan kendi. Banyak mahluk mengincarmu dan justru karena itulah aku bisa mengenalmu."

Kejadian itu meski tidak terlalu kuingat tetapi kurang lebih sama seperti yang diceritakan oleh ayah.

"Apakah benar-benar kau yang menolongku?"

"Aku mengusir mereka tetapi justru manusia serakah itu yang mengakuinya dan menipu orang tuamu agar kau tinggal lama disini dan membayar untuknya."

Jadi apakah itu cerita yang sebenarnya terjadi? Selama ini setahuku karena dukun inilah yang menyembuhkanku, tapi rupanya semua itu salah.

"Jadi dia benar-benar serakah?"

Adamir mengangguk, "dia mendapatkan uang dengan mengelabuhi."

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Don't forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

HEHE PENDEK YA?

JANGAN KECEWA DULU, SEMOGA NANTI SEMPET YA BIKIN DOUBLE UP🤣

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ