D u a b e l a s

4.7K 311 1
                                    

Rasa dingin menjalar begitu kedua kaki telanjangku menapaki lantai marmer yang berkilau. Begitu mataku berpendar, pemandangan yang ku tangkap adalah lorong panjang dengan ujungnya ada balkon, di sepanjang dinding nampaklah kayu dengan ukiran khas yang dibalut pernis untuk memperindahnya. Lukisan sebagai pemanja mata juga terpanjang, tidak hanya lukisan, tetapi ada juga lampu dinding kuno yang memiliki bentuk bagus, entah apa guna lampu itu karena di atas plafon ada lampu kristal yang menyala dengan terang.

Tunggu, apakah ini mimpi? Mengapa aku bisa sadar jika ini adalah mimpi. Lalu apakah di dalam mimpi bisa merasakan hawa dingin seperti yang sekarang ini aku rasakan.

Langkah kakiku entah mengapa begitu tertarik menuju balkon yang berada di ujung lorong, disana ada seseorang lelaki yang berdiri membelakangiku. Rambutnya berwarna hitam legam, tidak terlalu cepak tidak juga terlalu panjang. Ia berbalik, menampakan binar mata yang begitu indah. Bukankah dia adalah orang itu? Yang mengatakan aku terikat dengannya.

"Siapa kamu sebenarnya?"

Lelaki itu maju satu langkah sehingga sekarang kami lebih dekat, "Namaku Adamir, kamu adalah calon pengantinku Alana. Saat waktunya telah tiba nanti kita akan menikah."

"Bagaimana bisa aku menjadi pengantinmu? Aku bahkan nggak kenal sama kamu."

"Bakankah aku baru saja memperkenalkan diri?"

Ucapannya memang tidak salah tetapi bukan itu yang kumaksud, maksudku ini sangatlah tiba-tiba, awalnya ikatan yang katanya mengikatku dengan Adamir ini saja sudah membuatku pusing. Lalu tersangkanya datang dan mengatakan jika ikatan itu adalah benang merah, dan sekarang justru menganggapku sebagai pengantinnya.

Masalahnya, orang ini berlainan dunia denganku, aku juga masih ragu jika orang di depanku ini seorang iblis. Yang selama ini ada dipikiranku, iblis itu memiliki penampian yang menyeramkan, tanduk di kepala dan juga badan yang besar. Sedangkan Adamir tidak memiliki kriteria itu, badannya memang tinggi tegap tetapi itu sangat proporsional, rambutnya segelap malam, kulitnya begitu putih dan hanya sedikit pucat, mungkin aku pernah mengangumi kelereng mata merahnya tetapi nyatanya itu memanglah sangat memukau.

"Itu adalah takdir Alana, kita memang memiliki takdir untuk terikat pada sebuah benang merah."

"Bukankah awalnya aku seorang tumbal, mengapa sekarang menjadi pengantinmu?"

Awal dari semua masalah ini adalah aku ditumbalkan, lalu mulailah kejadian itu menimpa diriku. Bagaimana bisa sekarang justru menjadi pengantinnya, seharusnya kan menjadi makanananya.

Adamir menggelengkan kepalanya, "Itu bukan aku."

"Maksudmu?"

Adamir menyelipkan anak rambutku yang terbawa angin ke belakang telinga, selanjutnya tangannya ini mengusap wajahku dengan lembut. Sentuhan ini begitu nyata, begitu juga dengan rasa dingin yang dihantarkan oleh tangannya.

"Benang merah kita sudah terikat jauh sebelum kau dilahirkan," ucapnya sebelum menghilang dari pandangan mataku.

Seolah hilang tertelan bumi, saat aku mengedarkan pandangan ke segala arah tetapi tetap tidak menemukannya.

Kemana orang itu?

Dalam sekejab semuanya gelap, dan saat aku membuka mata latar tempat dalam pandanganku telah berubah. Hanya langit-langit kamar yang kulihat, aku masih berada di dalam kamarku lengkap dengan selimut yang menyelimuti seluruh tubuhku.

Apakah yang tadi itu adalah mimpi? Rasanya seperti bukanlah mimpi, begitu nyata bahkan aku masih ingat setiap detailnya.

"Adamir?" Sebuah nama itu kudapatkan dari mimpi yang begitu nyata.

Aku membuka selimut, lalu beranjak dari ranjang. Aku berdiri di pembatas balkon membiarkan angin malam menerpa lengan telanjangku. Saat pandanganku ke arah bawah, dapat kulihat ada seorang wanita di atas pohon dengan posisi yang terbalik, jadi kakinya yang diatas dan terasangkut dahan sedangkan kepalanya tergantung ke bawah. Tidak hanya itu sebenarnya ada lagi yang lain, tetapi mereka tidak terlihat aneh seperti perempuan itu.

Semenjak kedatangan Adamir ke dalam kamarku waktu itu, mahluk-mahluk yang tadinya ada disini sekarang tidak pernah menampakan diri sama sekali. Mulai dari anak kecil yang ada di jendela hingga mahluk-mahluk menyeramkan yang saat itu seperti akan menyerangku, semua itu sudah tidak ada. Sebenarnya dengan begini aku bisa lebih tenang juga.

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Dont forget to click the vote button!

════════ ❁ཻུ۪۪ ═══════

Jika ada pertanyaan tuliskan saja di kolom komentar, terima kasih sudah mampir di cerita ini silahkan tunggu episode selanjutnya ^_^

And, see you.

Pengantin IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang