xxv

384 127 17
                                    

Kesunyian melingkupi ruangan ketika ia mengaku ingin membunuh dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesunyian melingkupi ruangan ketika ia mengaku ingin membunuh dirinya sendiri. Bagaimanapun lembut dan terangnya wajahnya dalam temaram cahaya, bayangannya yang terpantul di dinding tampak menakutkan. Tubuhnya meremang seketika, padahal Christa mengatakannya dengan nada mengalun lembut, tetapi dada lelaki itu jadi rumpang mendadak.

"Mengapa kau berkata demikian, istriku?" Jung Kook berkata dengan tampang setengah gelagapan juga takut. Nyawanya nyaris merenggang begitu saja. "Apa aku telah berlaku sesuatu yang buruk kepadamu?"

Itu menyakiti Christa, apa yang barusan lelaki itu ucapkan. Christa tak bisa mengendalikan perasaan kagum kepada dirinya sendiri karena telah berjalan sejauh ini. Kedua lututnya lemas tatkala Jung Kook mencium punggung tangannya; hasratnya timbul, yang mana seharusnya ini jadi malam panjang yang indah dan syahdu. Namun, yang telah Christa lakukan di masa lampau kelak akan menjadi neraka untuk malam ini. Sungguhlah Christa dibuat takut setengah mati.

"Kau takut?" Kedua bola mata Jung Kook yang sepekat jelaga menatap perempuan itu bukan main. Jantung perempuan itu sekarang bergemuruh bak ditalu, "Sungguh takut?"

Jung Kook bisa melihat gerak peristaltik dari leher Christa ketika perempuan itu menelan salivanya kasar─terkesan dipaksa. Menghela, Jung Kook menarik kedua punggung tangan istrinya untuk ia kecupi berulang kali tanpa melepas kontak. Christa terkesima, seharusnya ia tersipu bukan malah panas dingin begini.

"Jeon."

"Ya?"

"Apa yang akan aku katakan akan terdengar seperti dongeng ibu-ibu tua tentang iblis." Jung Kook masih menaruh atensi penuh kepada sang istri di hadapannya, "Aku akan mengatakannya asal kau mau berjanji satu hal untuk tidak mengatakan siapa sampai kapan pun."

"Itu bisa diterima."

"Aku serius, Jeon." Christa menaruh penekanan pada setiap kata yang terlontar, "Meski kau sangat ingin tahu, kumohon kau untuk tidak sekali waktu bekata siapa kepadaku sampai kau bertemu dengan Tuhan. Bila kau melanggar, itu akan sama dengan kau membunuh diriku."

"Kau kira aku berdusta ketika mengatakannya?"

Christa menghela, memenuhi seluruh rongga di dadanya sebagai amunisi, sementara Jung Kook akan segera tahu bahwa dirinya akan jatuh pada palung kecewa yang teramat. Bagaimana mengatakannya, Christa tak tahu. Itu seakaan-akan merupakan sebuah dosa keinginan, seperti menjadi angkuh di hadapan Tuhan karena lupa akan murkanya yang melarang.

Beberapa saat kemudian, pelbagai metode di dalam kepalanya muncul. Ada banyak, tapi tak ada satu yang dapat digunakan dengan benar untuk menempatkan kata-katanya agar tak terdengar menyakitkan. Bagaimanapun juga, Jung Kook akan kecewa. Itu pasti.

"Jeon," Christa menghela─lagi─seraya menutup matanya sepersekian detik sebelum akhirnya terbuka guna mendapati tatapan Jung Kook yang teduh. Entah kapan tatapan itu akan sirna, "kau bukan yang pertama untukku."

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang