.: digresi :.

398 124 11
                                    

Ketika kalian membunuh seseorang, kalian saling tuduh mengenai pembunuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kalian membunuh seseorang,
kalian saling tuduh mengenai pembunuhnya.

Ia menduga betapa ia telah tersesat dalam sebuah lembah yang di sana kedapatan sebuah rumah berukuran megah yang terdapat banyak potret lukisan entah milik siapa. Dari semua potret-potret di sana, kesemuanya pernah diceritakan kakek bahwa salah satu di antaranya adalah seorang pembesar─penguasa─yang potretnya juga pernah ia lihat di sebuah wilayah dalam dongeng yang disebut Vesilia.

Kim Nam Joon, katakan saja bahwa sejak kecil keinginannya ialah menjadi seorang penguasa. Ia telah banyak sekali berkunjung ke Palazzo, gereja dari orang-orang kaya di beberapa negara. Di sana, ia banyak bertemu orang-orang yang dalam pandangannya sukses; yang mana potretnya selalu tercantum di dalam memorinya. Dari gaya berbicara, bagaimana mereka berjalan, cara berpakaian, sampai detil ketika menyantap makanan pun diperhatikan. Sebegitu─memang─Nam Joon kecil ingin jadi seorang penguasa.

Maka, potret-potret yang tidak sengaja ia temui ini mengingatkan Nam Joon akan keinginannya. Terdapat sepuluh simbol pada masing-masing potret yang juga berjumlah sepuluh. Nam Joon tak pandai untuk menerka maksud dari setiap simbol-simbol yang dirinya lihat; bisa jadi itu cindera mata atas hidup, tanda kekayaan, kekuasaan, individualitas─ahhh persetan, Nam Joon tak akan paham. Toh, ia juga tak terlalu peduli.

Bibir Nam Joon terasa kelu; ia menahan napas cukup panjang ketika langkah demi langkah disusuri oleh kedua tungkai tegapnya. Ia berhenti di depan sebuah cermin yang teramat sangat besar. Memejam, ketika ia membuka kedua mata seluruh dimensi jadi gelap. Ia bahkan tak bisa melihat dirinya sendiri daripada cahaya yang tiba-tiba saja keluar dengan sangat terang dari cermin tersebut. Kedua penglihat lelaki itu kesakitan, namun berangsur-angsur hilang diikuti oleh cahaya yang makin reda.

Agak temaram.

"Kim Nam Joon ...."

© ikvjou ©

Nam Joon tercekat. Dadanya memburu dengan napas naik dan turun berlarian. Sekujur tubuhnya basah, berkeringat; jadi ... yang tadi itu mimpi? Mimpi semacam apa? Lelaki itu tak pernah mendapati dirinya bermimpi setelah ia beranjak dewasa, atau paling tidak setelah dirinya sadar bahwa hidup bukan perihal mimpi saja. Keinginannya tak akan terwujud kalau ia terus berkhayal dalam mimpi. Sehingga, sejak saat itu anehnya mimpi enggan mendatangi malam-malam lelaki itu lagi.

Tetapi, Nam Joon juga tak terlalu mempermasalahkan. Ia tidak membutuhkan mimpinya yang memanjakan seluruh ingin. Sebab, hanya di dalam mimpinya sajalah ia bisa menjadi seorang batu, ataupun seorang Tuhan. Dalam mimpinya itu ia bisa menjadi apa saja, siapa saja─terserah ia mau bagaimana menghayalkan dirinya. Itu pekerjaan paling menyenangkan, namun Nam Joon dewasa tak sepakat. Nam Joon dewasa sadar bahwa bemimpi adalah pekerjaan paling berat dan menyakitkan jika dirinya sadar akal dan secara realita mau menerima.

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang