xxiii

401 134 24
                                    

Tanpa perlu bicara secara lantang, Taehyung yang tengah duduk di hadapan Seok Jin bisa tahu bahwasannya ada perihal yang tidak beres dari lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa perlu bicara secara lantang, Taehyung yang tengah duduk di hadapan Seok Jin bisa tahu bahwasannya ada perihal yang tidak beres dari lelaki itu. Sejak tadi yang dilakukan Seok Jin cuma mutung dengan dahi mengerut dalam. Cucuknya tak bercakap sepatah kata, juga helaan napas jelas terlihat teratur. Meski demikian, Taehyung hafal betul jika Seok Jin tengah berpikir dengan sangat berat.

"Gadis yang waktu itu," Tiba-tiba saja kepala Seok Jin terangkat. Lelaki itu mendongak, mengatensi penuh pada Taehyung yang mendadak gugup sendiri. Walaupun demikian, ia tetap melanjutkan, "menyebarkan undangan pernikahannya di kantor. Sepertinya Kakak sedang patah hati. Benar?"

Seok Jin terkekeh spontan, jelas menimbulkan jawaban pasti bagi Taehyung yang langsung menarik kesimpulan secara cuma-cuma. Demikianlah akhir dari kisah cinta Seok Jin yang mengenaskan. Tetapi, Taehyung sebelumnya memang pernah meramal bahwa hubungan mereka tidak akan berjalan mulus dikarenakan perbedaan yang paling mendasar. Barangkali, itu salah satunya mengapa sang wanita pergi meninggalkan si lelaki.

"Aku tak berpikir demikian," komentar Seok Jin sekonyong-konyong. Atensi Taehyung tertarik guna memandangi si kakak dengan lebih intens. "Aku tak berpikir bahwa aku harus patah hati. Hatiku tak patah, dan perasaanku juga tidak terluka."

Kali ini giliran Taehyung yang mengerutkan dahi: Seok Jin memang senang bermain dengan kata-kata yang terkadang membuat Taehyung jadi bingung sendiri. Kendati demikian, ia tetap senang dengan semua permisalan yang selalu dikeluarkan oleh Kim Seok Jin─kakaknya yang paling berharga.

"Kau tahu, Kim Taehyung?" Seok Jin sengaja menjeda kalimatnya, ia mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan, "Justru harusnya Jung Kook lah yang bersedih dan berlara hati. Aku tidak tahu apa yang telah ia perbuat dan mau ia perbuat dengan berlaku seperti ini. Jika itu persoalannya cinta, jelas Jung Kook kalah dariku."

Salah satu alis Taehyung menukik, "Maksud Kakak?"

Dan bagaimanapun, jelas ia tahu pertemanan macam apa yang dijalin oleh Seok Jin dan Jung Kook, juga dengan dirinya. Taehyung memang tidak mengerti apa yang sudah diperbuat oleh Jung Kook dan kekonyolan macam apa yang tahu-tahu ternyata dia membelot atau barangkali berkamuflase. Itu sebenarnya tidak lucu sama sekali. Tetapi, Taehyung memaklumi. Pastilah ada alasan tertentu mengapa Jung Kook sanggup membohongi dua kakak beradik itu. Taehyung tak mau menghakimi dan marah begitu saja. Ia mau menjadi bijak dalam menanggapi segala perbuatan yang telah dilakukan oleh Jung Kook. Bagaimanapun Taehyung bukan Tuhan yang Mahatahu atas segala hal.

"Yang Christa cintai adalah aku, bukan Jung Kook. Tidak peduli tubuhnya menikahi siapa, rohnya telah terikat denganku. Kau tahu, Jung Kook harusnya menangis darah karena ini."

... dan, Taehyung juga tak pernah tahu bahwa Kim Seok Jin (yang seorang pastor itu) bisa berpikir secara picik dan berhati dengki.

© ikvjou ©

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang