xxi

502 158 68
                                    

Aku sungguh terluka, bahkan tidak ada yang mau memberi komentar atau kritik? Aku rasa aku benar-benar pensiun aja harusnya jadi penulis 😔

Aku sungguh terluka, bahkan tidak ada yang mau memberi komentar atau kritik? Aku rasa aku benar-benar pensiun aja harusnya jadi penulis 😔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dalam badai jemu, dua mata itu saling bersirobok satu sama lain. Yang satu terdiam dengan penuh kerikuhan─ada pula rasa takut juga bingung. Sementara entitas satunya tak luput dari kebingungan, tetapi ia diam pula. Sengaja, pikirnya. Toh, itu adalah salah satu cara untuk memberikan waktu bagi si lawan bicara merangkai kata demi kata, dan pula nampaknya pembicaraan ini akan jadi cukup penting.

"Pastor Kim?"

Yang ditanya tersenyum tipis, "Ya?"

Berdeham demi membersihkan kerongkongan yang kering sejak lalu, Christa menghela napas berat. Dibawanya naik kembali pandangan itu agar mereka berdua bisa bersirobok satu sama lain, tetapi badai itu kembali menghantamnya. Ia takut, sungguh. "Kenapa kau diam saja?"

"Aku diam karena menunggu kau bicara." Seok Jin lalu terkekeh sejenak sembari menyesap minuman yang telah dihidangkan sejak tadi di hadapan. Bersama senyum yang masih nampak di wajah, Seok Jin kemudian meraih punggung tangan Christa yang sejak tadi mengepal begitu saja di atas meja. Ia remat seraya mengelus lembut, "Ada apa, Christalina?"

Perlakuan Seok Jin kepadanya masih sama, padahal mereka sudah tak bertemu selama beberapa minggu. Ketenangan yang luar biasa dari sikapnya tak pernah berubah, juga tingkah impresifnya yang tahu-tahu menggenggam tangan perempuan itu menjadikannya gemuruh tersendiri di dalam hati. Lalu, Christa menghela, "Sepertinya aku telah mengecewakanmu."

"Memang apa yang sudah kau perbuat?" Kedua alis laki-laki itu menukik, tetapi perangainya masih tenang meskipun sedikit demi sedikit tertutupi titik-titik gelisah. Hanya, sebisa mungkin ia tetap tersenyum. Christa sedang bimbang, batinnya. "Katakan saja padaku, Christalina."

"Aku ..." o ... sungguhlah Christa tak bisa mengatakan ini. Tetapi, Seok Jin memang perlulah tahu bila tak ingin menimbulkan masalah di kemudian, "... sepertinya akan menikah dalam waktu dekat."

© ikvjou ©

"Serius?!"

Kegamangan serta kekecewaan bercampur manakala ia mendengarkan penuturan dari pemuda yang duduk di hadapannya. Agaknya ini jadi perasaan sedih yang berkelanjutan, pasalnya ia akan sungguhan kehilangan seseorang yang selalu mengisi dadanya dengan penuh degupan. Tentulah Yoona merasa saat ini Jung Kook telah berhasil merebut sesuatu dalam dirinya menjadi rumpang begitu saja. Christanya akan menikah?

Mengangguk, pemuda Jeon itu tersenyum dengan kedua bola mata berbinar haru, "Aku pikir akan ditolak lamaranku."

"Kau melamarnya?" Yoona─entah mengapa─jadi emosional sendiri, merasa tertikam sedemikian rupa sehingga perih itu mulai menjangkiti seluruh tubuh. "Kapan? Kau tidak ada cerita apa pun padaku."

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang