xxx

531 126 46
                                    

bisa 'kan berikan vote, komen, dan masukan sebagai cara untuk mengapresiasi penulis?











Doa bukan hanya perkara mengenai diri seorang hamba dengan Yang Mahakuasa saja; lebih daripada itu, doa memiliki fungsi khusus yang lebih sakral

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Doa bukan hanya perkara mengenai diri seorang hamba dengan Yang Mahakuasa saja; lebih daripada itu, doa memiliki fungsi khusus yang lebih sakral. Doa lebih dari sekadar harap, yang mana sanggup menembus hingga lapis ketujuh. Doa ialah komunikasi; bahasa, penghantar antara yang muskil dan tidak.

Pada pengharapan-pengharapan yang telah luntur, agaknya Seok Jin menemui kebuntuan yang membingungkan. Pastor itu dibuat frustasi, gelisah tentunya menghampiri beberapa malam yang ia lewati sehabis pertengkarannya dengan Taehyung. Kata-kata lelaki itu begitu menusuk sanubarinya, sehingga tentu Pastor itu tak bisa untuk jadi pura-pura tuli dan tak mengindahkan. Malahan, oleh karenanya jadi banyak pertanyaan dan kebimbangan yang ia peroleh. Akankah selama ini doa memang hanya berfungsi sebagai pemanis saja?

Perkara ini sungguh membingungkan. Iakah yang terlalu mempercayai kekeliruan, atau justru kekeliruanlah yang selama ini sebuah kebenaran itu? Seok Jin tak tahu sedang bertumpu pada apa sehingga kedua kakinya goyah begini. Paling tidak, sekarang seharusnya ia tidak meragukan doa-doanya. Namun, nampaknya Seok Jin telah sedikit banyak termakan omongan sang adik, yang mana membuat ketakwaan lelaki itu diuji.

"Pastor Kim?"

Lelaki itu berjengit, nampak sedikit terkejut ketika seseorang menyapa dirinya dari belakang dengan menyentuh pundak. Tetapi, reaksi pastor itu agak berlebih, sehingga si penyapa terkekeh mengetahui lelaki itu.

"Mengapa begitu terkejut, Pastor?" Yoona menahan kekehannya sehalus mungkin agar tak menyinggung pastor yang sejak tadi terduduk seorang diri di dalam kafe. Menghela sejenak, perempuan itu kemudian menarik kursi untuk duduk di hadapan Seok Jin, "Apa pastor sedang tidak baik-baik saja?"

Gantian, Seok Jin yang menghela sejenak. Senyumnya terhantar pelan sebelum akhirnya menyisip gelas kopinya yang dingin. "Saya begini-begini saja."

Yoona kembali terkekeh, memanggil pelayan sebelum akhirnya pergi dengan sebuah pesanan. Atensinya kemudian tertuju kembali pada pastor yang sejenak lalu terdiam tanpa sepatah kata. "Pastor kelihatan tidak seperti biasanya."

Seok Jin kembali menghela, "Memang biasanya saya terlihat seperti apa?"

"Kali ini pastor jauh kelihatan lebih lelah." Yoona sungguh tidak tega melihat kerutan di bawah matanya yang mulai menghitam, juga dagunya yang mulai tumbuh rambut. "Adakah masalah? Sungguh, bukan saya lancang. Saya hanya berusaha untuk meminjamkan telinga. Itu pun kalau pastor ingin."

Kali ini Seok Jin terkekeh, pasalnya Yoona mengucapkannya dengan lucu; kedua matanya setengah takut, juga polah yang agak kikuk. Menghela, Seok Jin mulai kembali melempar senyum yang mana itu adalah bagian dari pesona dirinya yang tak terpatahkan. "Jadi, saya boleh meminjam kedua telingamu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang