xxvi

329 121 10
                                    

"Kau butuh sesuatu?" Mendongak, sekonyong-konyong ia mendapati presensi Christa yang beranjak duduk di sebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau butuh sesuatu?" Mendongak, sekonyong-konyong ia mendapati presensi Christa yang beranjak duduk di sebelahnya. Kedua mata yang dibingkai dengan kacamata yang setengah turun pada tulang hidung itu lantas sadar, berdeham sejenak, sebelum akhirnya membenarkan letak kacamata. "Sejak semalam kau belum tidur, Jeon."

Menoleh sepersekian detik, atensi lelaki itu kembali terantensi pada layar yang berkedap kedip di hadapannya. Christa merasa kesal awalnya, pasalnya kehadirannya tak diacuhkan sama sekali. Tetapi, perempuan itu mencoba paham urgensi macam apa yang membuat suaminya bahkan tak menoleh sedikitpun padanya.

"Christa ...." Akhirnya ... perempuan itu membatin, mengulas senyum sesegera mungkin pada Jung Kook yang kedua bola matanya sayu dengan wajah kuyu. Teriris hati perempuan itu melihat bagaimana suaminya semalaman tak terurus sampai jadi demikian. "Maafkan aku belum bisa mengajakmu berlibur. Honeymoon atau apalah, sungguh aku──"

"Ya, aku mengerti." Christa memotong secepat mungkin, tak mau memberikan ruang bagi Jung Kook untuk menyalahkan dirinya sendiri. Jung Kook sudah tentu memiliki banyak urusan yang tak sebanding ditukar dengan berlibur; pekerjaannya, usahanya. Semuanya dipukul lelaki itu cuma-cuma. "Kita bisa melakukannya nanti. Sebab, yang paling penting sekarang adalah kau istirahat. Tidur, Jeon. Jangan buat aku kesal karena kau jatuh sakit."

Jung Kook terkekeh; suaranya tetap terdengar renyah dan riang. Sebagian hati Christa terobati mendengarnya─tahu bahwa Jung Kook memang baik-baik saja sebab lelaki itu telah berjanji untuk bagaimanapun keadaannya ia akan berbagi kepada Christa. Walaupun─ya ... walaupun─perempuan itu sangsi bila Jung Kook akan melakukannya. Toh, sifat lelaki itu jelas terlihat betul hanya senang membuat Christa bahagia, bukan sebaliknya.

Menaruh kepalanya pada pundak Christa, lelaki itu kemudian menghela. Kali ini helaannya terasa berat, seolah-olah ada tekanan berat yang menghimpit dirinya. Spontan Christa mengelus puncak kepalanya lembut─lembuttt sekali. "Hari ini aku akan pergi."

"Ke mana?" Christa terlonjak, kaget juga bingung bercampur menjadi satu. Ia bahkan menjauhkan pundaknya dari Jung Kook, membuat lelaki itu harus kembali duduk dengan tegap di sebelah sang istri yang mendadak kalang kabut. "Serius, kau mau ke mana?"

Jung Kook bergegas mengambil kedua punggung tangan Christa, menciuminya beberapa kali dengan penuh kasih. Lelaki itu berusaha untuk mengusir panik yang tiba-tiba hadir menyusup ke dalam diri sang istri. "Aku hanya akan pergi sebentar. Teman-temanku menunggu. Lagi pula aku juga ingin mengantarkan beberapa buku."

Respons Christa cuma diam; sungguh-sungguh diam dengan wajah diselimuti kemilut. Entah mengapa setiap kali ia melihat Jung Kook, setiap itu pula ia merasa harus rela melepasnya sewaku-waktu untuk pergi berperang. Christa merasa skeptis, merasa tak bisa membiarkan lelaki itu untuk pergi jauh pada pernikahannya yang baru.

"Christa──"

"Aku akan ikut!" putus perempuan itu. Akhirnya suaranya kembali dengan keberanian yang juga tidak tahu asalnya dari mana. Itu telah jadi keputusannya. Apa yang suaminya lakukan, ia akan lakukan. Seperti kaki kanan dan kiri. Ingin perempuan itu ialah mereka berjalan bersama; meskipun harus masuk ke dalam lubang bahaya yang entah sewaku-waktu dapat merenggut salah sau dari mereka atau keduanya.

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang