xxviii

430 128 40
                                    

Ketika senja turun, tubuh lelaki itu makin-makin menggigil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika senja turun, tubuh lelaki itu makin-makin menggigil. Sekujur tubuhnya gemetaran─itu bukan tanpa alasan, lebih kepada karena sebuah alasan konkrit yang mana sudah lelaki itu tahu secara pasti. Taehyung ketakutan, hanya itu. Namun, ia tak tahu bagaimana ia harus meluapkan rasa cemas yang makin menjadi-jadi itu; lelaki itu gelisah, tetapi bahkan bibirnya tak sanggup mengutarakan sepatah kata. Ia tak bisa protes, tak bisa pula mengeluh. Itu sudah seperti sebuah nasib, sebuah takdir yang memang telah ia dapat sejak lahir dan wajib ia emban.

Sejak kecil, bukankah memang dirinya diurapi rasa takut? Tak hanya dirinya, ada Rutmi (ibundanya yang lemah itu) juga Seok Jin─kakaknya yang seorang pastor. Bahkan, kekasihnya sampai harus meninggal secara tak wajar karena dirinya. Ini menyedihkan. Sudah berbulan-bulan bahkan ia tak berani bertandang ke peristirahatan terakhir Hellen. Ia berpikir bahwasannya Hellen pasti akan mengirimnya ke neraka kelak atas perbuatan yang telah dilakukan oleh sang ayah. Atau ... ia berpikir mungkin sekarang Hellen berada di neraka, dikungkung oleh iblis yang dipuja oleh Nam Joon.

Tubuh lelaki itu tak bisa berbohong; ia menggigil sedemikian, diserang tremor mendadak. Pikirnya kacau, bahkan kalau bisa darah sudah pasti mencuat dari tubuhnya yang ketakutan. Tetapi, hufttt ... Taehyung cuma sanggup menghela. Itu saja. Tak ada yang lain; memang selama ini apa yang sudah ia perbuat. Tak ada.

"Pak Taehyung─"

BRAK!!!

Taehyung tercengang begitu gelas kopi yang berada di tangannya sejak tadi jatuh begitu saja. Christa yang barusan menyapanya juga tak kalah terkejut. Kemudian keadaan jadi rikuh, namun Taehyung malah keluar sekonyong-konyong. Tanpa kata, tanpa jeda yang bisa untuk dicegah.

Masih berdiri di sana, Christalina terbengong-bengong.



© ikvjou ©


Christa tak bisa diam saja untuk menjadi masa bodo dengan kejadian tadi. Sejak lalu ia merenung, dua katup bibirnya tertutup rapat-rapat dengan isi di kepala yang berputar-putar. Christa hanya ingin menyapa Taehyung sebagai seorang bawahan, tetapi lelaki itu justru menampakan ekspresi yang cukup kelewat.

"Jeon?"

"Ya?" Jung Kook yang sejak tadi menyetir seketika menyahut. Memang sejak tadi dirinya tahu ada banyak hal yang dipikirkan oleh istrinya itu, jadi ia memang sengaja tak mengusik sebelum Christa sendiri yang memecah kesunyiannya. "Sedang memikirkan apa, Sayang?"

Menghela, dada perempuan itu terasa berat; sesak, dan juga engap. Tetapi, penasaran malah menjadi-jadi sehingga Christa memang tak punya pilihan lain selain bertanya kepada suaminya─yang menurutnya hampir banyak tahu semua hal yang tidak diketahui oleh dirinya, begitu sih. "Jeon ... eum ... apakah Taehyung sedang punya masalah yang berat?"

Dahi lelaki itu langsung merespons dengan kerutan yang mahadalam, namun sang istri kembali melanjutkan jeda, "Aku tak pernah melihat Taehyung seperti itu."

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang