ix

1.9K 496 117
                                    

📜


 "Di sini begitu tenang."

Kondisi yang unik adalah cara mereka pertama kali bertemu. Setidaknya begitu; mengenal satu sama lain hanya dari buah bibir seseorang (dalam konteks ini Jung Kook adalah orangnya), dan si pihak kedua barangkali pernah sekali dua kali mendengar si pihak pertama dari si perantara─unik, sebuah perkenalan yang rumit dan mengesankan dalam satu waktu.

Lampau, Jung Kook kerap merasa risih sewaktu si perantara (Yoona) menceritakan kenalannya (pada subjek ini ia adalah Christa), saban hari tak pernah luput; Christa yang merengek meminta ditemani membeli novel baru─padahal semiggu yang lalu ia baru memborong beberapa novel, minta dibelikan kek vanila, atau sekadar menemaninya mengobrol tengah malam karena tak bisa tidur.

Dari semua cerita-cerita tersebut, Jung Kook jadi mengenal Christa begitu baik; ia orang yang sedikit melankolis, senang membaca, fanatik terhadap suatu hal yang berbau vintage dan retro, gemar mendengar piringan hitam peninggalan kakek buyutnya, penggila warna cokelat dan ebony, Virginia Woolf─ewh, bahkan untuk yang satu ini selera mereka lagi-lagi berbeda.

Jung Kook sendiri adalah; seseorang yang sedikit retoris, suka menulis, fanatik terhadap sesuatu hal yang berbau ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, gemar berkisah dan berdongeng, penggila warna putih dan rose, William Shakespeare.

Kalau dipikir ulang, bukankah mereka berdua, Christalina dan Jung Kook, adalah perpaduan yang unik dan apik; sedikit lembut namun tegas, datar tetapi menanjak, pun melengkapi tiap-tiap potongan menjadi satu kesatuan yang utuh.

Tidakkah mereka berdua cukup pas untuk disandingkan? O, lagi-lagi Jung Kook gemar membayangkan tentang hal tersebut: perpaduan yang cocok di antara mereka berdua. Kita berdua begitu sempurna disandingkan.

"Aku merasa takut."

Terhenyak, dalam sekejap kembalilah kesadaran pemuda itu dari lamunan. Ia tatap sebentar lembayung senja di hadapannya sebelum menoleh ke arah samping─meneliti wajah tirus yang begitu cantik dan damai (yang suaranya bahkan lebih merdu dari dengungan harpa; dan Jung Kook tidak sedang memuja secara subjektif).

"Kenapa?" Satu pertanyaan itu tegas, membuat jantungnya bergetar-getar dalam tanda tanya. Takut? Takut untuk apa, pikirnya? Akankah ada sesuatu di diri pemuda itu yang berbuat salah?

"Dua hari ini kamu selalu menghabiskan waktu bersamaku." Christa berujar, kedua obsidiannya betah menggali detik-detik pergantian shift antara matahari yang pulang dan bulan yang datang. "Aku merasa takut mengganggu waktumu."

Kembali meneliti malam yang turun menggantikan sisa-sisa senja, secarik kurva tertarik di sudut bibir. Manis. Christa dengan bagaimana caranya memerhatikan orang begitu manis─lembut, sangat melankolis tetapi Jung Kook suka. Perhatian tidaklah harus dengan sesuatu yang besar, yang kecil pun jauh lebih manis: sebab yang kecil itu adalah yang luput dari perhatian.

"Justru aku yang seharusnya berkata begitu. Kamu membolos kerja dan berleha-leha selama dua hari." Jung Kook berjeda sejenak, "Aku takut kamu kena sanksi. Pekerjaanmu itu adalah sesuatu yang berharga untukmu, kan?"

Christa mengangguk: pekerjaannya adalah sesuatu yang prestisius. Jiwa dan pengabdiannya ada di sana, kecintaan sekaligus abdinya pada negeri. Meskipun itu bukan sebuah hal yang terlihat membanggakan selayaknya ilmuwan yang sudah berhasil menciptakan kloning untuk manusia demi meneruskan keturunan bagi mereka yang─mandul, tetapi Christa merasa bahwa sejarahwan (praktisi bidangnya) sama berkontribusinya dengan ilmuwan.

Kemajuan teknologi tidak akan pernah ada tanpa jejak pendahulunya. Sama seperti kemajuan peradaban; selalu mencontoh peradaban sebelumnya dengan menyempurnakan kesalahan yang terjadi di masa lampau. Seterusnya kemajuan akan seperti itu─menyempurnakan.

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang