x

1.6K 470 202
                                    

📜


 "Apa yang kamu katakan padanya?"

Tatapan lekat penuh kecurigaan telah Jung Kook dapatkan sejak tiga puluh menit yang lalu, juga satu buah pertanyaan serupa yang diajukan berulang tanpa jenuh. Meh, apa sih yang tengah dipikirkan oleh Yoona sampai mencecar tanya begitu. Tidakkah ia cukup senang saja─pikir Jung Kook.

"Kenapa dia menurut kalau kamu yang memberitahu?"

Menyeruput orange juice yang baru saja datang di atas meja, Jung Kook mengulas senyum tipis. Menurut, tidakkah kata itu cukup manis, dan mengapa pula tuduhan itu terasa benar─seakan-akan Christa memang manut oleh apa yang Jung Kook sugestikan. Jika begini terus tidak salah kan, kalau Jung Kook menaruh rasa─ewh, dan berpikir bahwasannya Christa juga menaruh rasa yang sama pada dirinya.

"Aku tidak tahu, Yoon." Suaranya berat, dalam, tetapi tenang, serupa dengan bagaimana ia tatap lawan bicaranya─tegas namun santai. "Aku hanya berbicara sejujurnya saja. Mengatakan opiniku begitu saja dan menyarankan kalau memang itu baik untuknya."

Spontan kerongkongan Yoona terasa kering, diikuti oleh detak jantungnya yang bergemuruh. Tanpa Jung Kook sadari, gadis itu mengepalkan kedua buku-buku tangannya dengan kuat. Ada rasa tidak suka pun sirat kecemburuan dari tatapan yang coba ia samarkan dengan seulas senyum.

Mengapa harus Jung Kook (sahabatnya) dari sekian banyak laki-laki yang menyukai Christa? Jung Kook yang selalu jadi sorotan saat sekolah menengah dulu, yang tak pernah tidak digandrungi kaum hawa kala mereka berada di universitas yang sama; Jung Kook yang tampan, yang mudah bergaul, si flamboyan pemikat, Jeon si playboyya ... ya .. ya ... si Jung Kook yang itu, yang tidak pernah tidak gagal untuk menaklukan hati perempuan.

Dan hal yang paling Yoona takuti saat ini adalah fakta bahwa Jung Kook sudah mengeluarkan racunnya; membius hati Christa dengan 1001 pesona yang dimiliki olehnya. Sebagai wanita, Yoona tidak bisa berbohong dengan mengatakan kalau Jung Kook tidak memesona. Sayangnya, Yoona tidak normal, jadi ia tidak akan terbius oleh pesona yang dimiliki si Jeon.

Sebab, pesona Christa jauh lebih kuat; jauh lebih beracun dan berbahaya. Kalau Christa tidak punya pesona sedahsyat itu, maka Yoona─mungkin saja─tidak akan berubah haluan, dan Jung Kook (si lelaki 1001 pesona itu) juga tidak akan dikalahkan dan takluk dengan gadis itu.

"Terserahlah." Memberenggut, Yoona menyesap minumnya, "Yang terpenting Christa baik-baik saja."

Benar, yang terpenting Christa dijauhkan dari mara bahaya yang kapan saja bisa mengintainya, terlebih ia tengah diincar oleh sebuah kekuatan yang termuskilkan. Tidak peduli seberapa besar Yoona mencintainya, ia memang tidak boleh mengharapkan apa pun. Gadis itu tak ingin menjadi lebih rakus lagi dengan berharap banyak─untuk saat ini Christa selalu berada di dekatnya saja sudah cukup.

© ikvjou ©

Benarkah itu adalah Christa, yang tempo lalu bertemu dengannya dalam situasi yang cukup tidak berkesan? Kalau begitu, konspirasi sejenis apa yang tengah disembunyikan oleh semesta sehingga mereka bertemu kembali dalam keadaan dan situasi yang tidak mengenakan.

Di manapun gadis itu berada (tidak peduli setidak menguntungkan apa keadaannya) ia selalu terlihat menawan dan memesona, selayaknya gadis-gadis Mesir yang menyihir dan memenjarakan laki-laki Israil dalam berahi.

Bagaimana cara ia bicara; dengan menjilati daun bibir bawahnya sungguh membekas dalam memori. Dengungan suaranya yang merdu memantul-mantul di dalam rungu, membikin akal sejenak hilang dan lupa diri.

Bahkan iblis sekalipun akan terlihat selayaknya malaikat, diurapi oleh kasturi dan berlian; umpamanya itu ialah tipu daya untuk memperdaya hamba yang lemah seperti dirinya.

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang