ii

3.2K 659 245
                                    

📜

Padanya dijangkiti ketakutan yang bersarang dari jiwa; penuh rasa cemas, khawatir, dan skeptis.

Ia─mereka─membisu, stagnan di depan pintu bersama kedua atensi yang membelo. Praduga-praduga di dalam kepala kian menumpuk, seiring dengan seringaian di depan yang makin lebar.

"Siapa kamu?"

Hening.

Kedua obsidian itu bertumbukan secara langsung; tanpa penghalang, dalam diam, dalam kegigihan hati yang bercampur rasa gamang. Sepersekon kemudian sebuah tawa pecah─benar-benar pecah dan menyayat pendengaran.

"Ta." Mendengar namanya disebut, Christa mendesah. Lagi, tangan itu menekan pundaknya, membuat ia mau tak mau mengatensikan diri sedikit ke belakang. "Sudah kubilang, Hellen tak pernah baik-baik saja sejak hari itu."

Pandangan gadis itu kembali; menelisik dengan lebih saksama. Sesosok perempuan berambut pirang sebahu, dengan tubuh kurus dan ringkih dibalut daster berwarna putih. Siapa pun yang melihatnya akan percaya kalau ia─wanita bernama Hellen itu tengah dirasuki iblis. Hellen benar-benar tak tertolong.

"Ayo, Ta."

Christa tak banyak bicara manakala Yoona menarik punggung tangannya yang dingin, mengajak gadis itu keluar dari kamar berukuran 3×4 yang bahkan lebih persis disebut sebagai loteng pesakitan. Ruangan yang dikhususkan untuk merantai tubuh Hellen dengan borgol dan rantai-rantai berat berkarat.

Kriet

"Yoon ...." Christa mendesah panjang, dibarengi oleh tumbangnya kedua kaki gadis itu di depan pintu. "Harusnya hari itu aku menemani dia."

Yoona mengulas senyum tipis, turut berjongkok di depan Christa. Ia betulkan coat merah darah yang dikenakan Christa, sekaligus merapikan anak rambut di atas dahinya yang mencuat. "Tidak. Sudah benar kamu tidak ikut. Karena hari ini Hellen membutuhkanmu."

"Aku tidak mengerti. Harusnya ia pergi ke konferensi itu, menghadiri rapat, bukan malah pulang dan kerasukan iblis begini."

Yoona mengelus bahu Christa, "Sudah kukatakan padamu, Ta. Siapa pun yang menghalangi keputusan world for victory tidak akan benar-benar baik."

"Tetapi keputusan aliansi lima negara itu benar-benar berdampak buruk, Yoon. Perang semakin meletus. Lagipula kami hanya ingin merundingkan bersama perserikatan dunia; bahwa tempat suci dan tempat bersejarah harus steril dari zona perang."

"Aku mengerti." Yoona bangkit, merapihkan diri, lantas mengulurkan sebelah tangannya. "Ayo kita ke bawah. Kita bicarakan ini lain kali. Kamu sedang emosi. Hal ini tidak baik."

Christa mengangguk. Ia terima uluran tangan itu lalu bangkit. Sungguh banyak hal yang bercokol di dalam kepala. Sebagai orang yang calak, otaknya tak bisa diam begitu saja. Ia kerap kali memikirkan hal-hal kotor di balik pemerintahan negerinya sendiri─termasuk isue freemason yang sudah berkembang sejak lama.

Tetapi, iman di dalam dirinya menepis dengan kuat. Menumbangkan pikiran jahat yang selama ini jadi banyak buah bibir. Toh, pada dasarnya hal tersebut tak pernah terbukti secara konkrit.

Berjalan menuruni tangga, sekonyong-konyong ia teratensi pada seorang pemuda yang baru saja datang di lantai bawah─bersama sosok asing lainnya tengah bercengkrama dengan Hezkiel, adik laki-laki Hellen yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Berjalan menuruni tangga, sekonyong-konyong ia teratensi pada seorang pemuda yang baru saja datang di lantai bawah─bersama sosok asing lainnya tengah bercengkrama dengan Hezkiel, adik laki-laki Hellen yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang