xxix

560 128 58
                                    

bisa 'kan berikan vote, komen, dan masukan?







Seakan-akan ia seperti gelas berisi yang tiba-tiba saja kosong; lelaki itu mendadak jadi dungu sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seakan-akan ia seperti gelas berisi yang tiba-tiba saja kosong; lelaki itu mendadak jadi dungu sendiri. Sejak lalu, banyak hal berkecamuk di dalam kepala, terutama saat Seok Jin mengakui perasaannya terhadap istrinya sendiri. Jung Kook tak mungkin serta merta diam saja. Pastilah hatinya─yang meskipun di luar terlihat begitu kuat─terbilah cuma-cuma. Mestinya, sejak awal ia bisa menebak, mengingat kedekatan istrinya─Christalina─dengan Seok Jin yang memang kerap bertemu intens. Bagaimanapun sekarang ini Christalina adalah istrinya, jadi tentu Jung Kook berhak untuk cemburu.

"Ada apa?" Terkesiap, sekonyong-konyong Christa mengambil tempat di sebelah lelaki itu. Jung Kook tersenyum seadanya, menyambut sang istri yang sama dan senantiasa harum kasturi. Jung Kook mencintai Christa, itu pasti dan tentu mutlak. Sehingga, lelaki itu kemudian menarik sang istri ke pelukannya untuk diberikan kecupan-kecupan di sekitar dahi.

Bohong bila Christa tak menyukai perilaku-perilaku kecil demikian yang kerap dilakukan sang suami. Seakan Christa bisa merasakan bahwa dirinya disayang, dikasihi, serta dicintai dengan begitu tulus. Dengan begini saja, dengan diamnya Jung Kook seraya memeluk dirinya, Christa bisa tahu bahwa dirinya dihargai dengan teramat.

"Jeon ...."

"Kau tidak akan pergi meninggalkan aku, kan?"

Apa-apaan barusan itu, katanya dalam hati. Jung Kook tak pernah menunjukan sikap skeptisnya dengan gamblang begini. Seakan, memang malam ini Jung Kook sedang tidak jadi Jung Kook. Sedang, Christa memang bisa merasakan kegelisahan yang dialami suaminya. Tentu, sebagai seorang istri Christa langsung merengkuh balik sang suami kemudian memberikan kecupan tepat di bibirnya, "Tentu tidak, Jeon Jung Kook."


© ikvjou ©


Seok Jin tak bisa menahan gelisah. Pastor itu berbohong bila ia tidak merasa cemas ataupun khawatir semalaman ini. Seok Jin melakukannya. Ia tidak menyangka keberanian macam apa yang tiba-tiba datang, membuat dirinya mengatakan apa yang seharusnya memang tidak boleh ia katakan. Tetapi, Seok Jin tahu bahwa dirinya memang harus mengakui. Ia (mungkin) bisa berbohong terhadap Jung Kook ataupun semesta, namun Tuhan mahamenyaksikan. Ia tidak tidur, sehingga Seok Jin selalu diurapi rasa takut yang khas. Yang tidak ia kenali asalnya selain daripada dirinya sendiri.

Sekarang, begini; ia baik-baik saja. Di hadapan Tuhan ia tak punya beban, tetapi kepada Jung Kook maupun Christalina ... itu akan jadi posisi yang sulit.

"Kak?"

Seok Jin terkesiap. Pintu kamarnya telah didorong sehingga seseorang menjulang dari balik pintu, "Ya, ada apa?"

"Boleh aku bicara sesuatu?"

Seok Jin tentu tak bisa untuk tidak mengangguki Taehyung yang secara tiba-tiba mengunjungi kamarnya. Lagipula Seok Jin juga telah lama tidak pulang ke rumah, yang suasananya semakin dingin dari hari ke hari. Tinggalah tersisa rasa mencekam tanpa ada satu atau dua hal manis yang terkenang dari rumah ini. Agaknya, peristiwa seperti itu telah hilang sejak lama, sehingga rumah yang seharusnya jadi sebuah rumah hanya tak lebih dari penjara untuk berlindung dan berteduh saja.

Candramawa [BTS FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang