01 - Kita Daftar Di Mana?

378 91 26
                                    

Sial, benar-benar sial, jelas sekali Tisya akan sering kali bertemu dengan Baza. Habislah dia, mau taruh di mana wajahnya? Menyedihkan bertemu dengan mantan. Haryan juga, sudah tahu Tisya dan Baza baru saja terlibat konflik, eh malah didorong begitu saja untuk semakin sering bertemu.

Tahu begitu, mending Tisya tidak usah ke rumah ini daripada harus bertemu cowok kulkas seperti Baza.

Meskipun pikirannya terus bertanya, Tisya melupakan soal itu dan lanjut saja makan dengan tenang, selagi di rumah Haryan. Ingat, rezeki jangan ditolak.

Namun, tiba-tiba dia tersedak ketika menyadari bahwa orang yang paling dia hindari sudah muncul di ambang pintu perbatasan antar ruang tengah dan ruang makan.

Erbaza Damagara, si cowok kulkas sekaligus mantan Tisya sudah datang. Haryan kontan menyapa dan dengan isengnya bangkit dari kursi di sebelah Tisya, geser ke kanan, membiarkan Baza duduk tepat di sebelah cewek itu. Sengaja memang, jangan ditanya sudah rencana licik Haryan itu, selalu saja iseng dan berniat membuat Tisya makan tak tenang.

Baza pun duduk di sebelah cewek dengan kucir kuda itu, tanpa protes, sementara Tisya sedang berusaha bersikap tenang seperti tidak ada angin ribut di kepalanya yang menyerang.

Rianti mulai bertanya lagi, "Tisya rencana daftar ke mana nanti? SMA atau SMK?"

"SMK Tante," jawab Tisya masih malu-malu. "SMK Wardhana Adibasra."

Rianti menoleh ke Haryan. "Kemarin Haryan udah daftar di SMA-nya Wardhana Adibasra. Cuman, Tante lihat di sana, NEM murid barunya pada tinggi-tinggi, nama Haryan tergeser ke ranking paling akhir. Tante takut di sana Haryan malah terlalu tertekan, sedangkan dia aja begini, apa-apa dipikirin. Tante tawarin buat masuk sekolah internasional pun nggak mau, heran. Ya sudah, rencana mau Tante daftarin di SMA Cipta Karsa aja sekalian, yang nggak memunculkan daftar NEM tertinggi."

"Tapi mahal di sana, Ma," keluh Haryan.

Tisya mengernyit. Dalam hati dia berteriak, Lo, kan, tajir Yan!

Sabar Tisya, harus sabar! Memang jiwa dan raga ini harus sabar menghadapi teman yang suka lupa bahwa dirinya kaya. Untuk sementara di depan ibunya Haryan, dia harus bersikap seperti anak perempuan terpelajar lemah nan lembut.

"Emang kamu mau masuk SMK Wardhana sama Tisya, Yan?" tanya Rianti tiba-tiba.

Belum sempat anaknya membalas, Rianti melanjutkan, "Oh iya boleh, kamu masuk sana aja Yan. Masih sekolah baru juga, SPP murah. Kamu mau di sekolah yang murah-murah aja, kan? Cocok di sana."

Haryan menatap tajam ke arah Tisya dari belakang punggung ibunya.

"Kalian jadi bisa satu sekolah lagi." Mendengar kalimat Rianti itu Tisya tersenyum lebar membalas tatapan Haryan.

"Tisya di jurusan apa rencananya daftar nanti?"

"Akuntansi Tante," jawab Tisya semakin senang.

"Cocok!" Rianti jadi bersemangat. "Kamu daftar di sana aja Yan."

Hartanto, ayah Haryan, menyeletuk, "Emang Haryan mau?"

Gantian Tisya yang kali ini menatap tajam ke arah Haryan seolah mengatakan, "MAU YAN, MAUUU!"

"Ayah, sih, tergantung Haryan aja mau di mana. SMA boleh, SMK boleh. Yang penting Haryan bisa nikmati masa sekolah sebelum Ayah bimbing jadi pemimpin nanti," tambah Hartanto.

Yannn plisss, mau Yan! Tisya semakin melotot menatap Haryan.

Sementara, cowok itu ketakutkan, lantas menggeleng samar.

Tisya mengangkat garpu yang dia pegang sebagai ancaman. Namun, begitu Rianti menoleh ke arahnya, cepat-cepat cewek itu bersikap menjadi anak manis lagi dengan senyuman memesona.

"Mau aja Yah, sekali-sekali keluar dari zona nyaman," kata Haryan pada akhirnya.

Tersenyum penuh, Tisya akhirnya bisa makan dengan lahap. Dengan keputusan orang tua Haryan, Tisya langsung mendapatkan teman yang bisa menunjang kehidupannya di SMK.

Baza yang sedari tadi hanya menyimak akhirnya mendapat pertanyaan serupa dari Rianti. "Baza nanti mau masuk mana?"

Haryan kontan menjawab, "SMK Wardhana Adibasra juga."

Ini yang ditanya siapa, yang jawab siapa.

Baza menggeleng ragu. "Kayaknya SMA Cipta Karsa aja Tante."

Tisya tersenyum simpul, dalam hati dia berteriak Yes, Yes, Yesss! Walaupun bertemu Baza di rumah Haryan setiap hari, setidaknya dia tidak satu sekolah dengan cowok itu.

"Aih Baja, masuk aja kali di SMK, biar kita sama-sama," bujuk Haryan yang menunjukkan wajah sok imutnya, membuat Tisya ingin sekali berjulid sekarang juga, kalau saja dia tidak lupa tempat.

Baza berpikir sejenak lalu menghela napas. "Besok saya lihat, kalau di SMK Wardhana ada jurusan yang saya minatin. Saya bakal masuk sana," balasnya pakai bahasa formal karena masih berhadapan dengan orang tua Haryan.

"Di sana ada Jurusan Multimedia, Ja!" Haryan cepat-cepat mengeluarkan argumen untuk menarik minat Baza. "Bokap lo, kan, pemilik percetakan. Lo sendiri punya bakat di sana. Malah Ja, lo lebih cocok masuk SMK buat kembangin bakat. Masa depan lo udah terjamin bakal jadi penerus soalnya. Tinggal digali dikit, jadi."

Tisya ingin sekali menutup mulut Haryan sekarang. Argumennya itu pasti akan membuat hati Baza bergeser. Tumben sekali Haryan pintar membujuk, biasanya malah selalu tidak jelas.

Baza mulai manggut-manggut. Habislah sudah Tisya di sini, dia jadi berpasrah kepada takdir Tuhan saja.

Lantas cowok itu pun menjawab, "Boleh, saya pikirkan dulu malam ini. Pendaftaran kapan?"

"Minggu depan." Haryan tersenyum lebar, penuh kemenangan.

"Oke, bisa," tandas Baza yang membuat Tisya semakin merasa tidak enak.

Mereka akan masuk ke satu sekolah yang sama lagi, yakni SMK Wardhana Adibasra, sekolah baru yang tidak jauh dari rumah, dengan siswa-siswi yang kemungkinan besar tidak mereka kenal. SMK itu tidak lagi terasa seperti keberuntungan bagi Tisya, sebab ada Baza juga.

Jelas, cowok itu akan keterima di sana, karena NEM-nya tinggi dan dia berduit lagi.

Tisya hanya bisa pasrah. 

~ Tisya dan Tisyu ~

Semoga suka ya guys yaaa, Aamiin.

Tisya dan TisyuWhere stories live. Discover now