43 - Misi Ruko Kuning

130 35 8
                                    

Melupakan masalah yang terjadi di dalam rumah, Tisya fokus untuk mempertemukan Haryan dan Rilda. Dia mengabaikan segala pemikiran yang tersisa, mengganti fokus kepada hal yang bisa dikendalikan sekarang.

Motor Haryan sudah sampai di sebuah ruko bernuansa kuning yang tidak jauh dari rumah Tisya. Ruko itu terletak di ujung jalan sepantaran menuju pasar utama.

"Ini rukonya Rilda?" Haryan celingak-celinguk, memastikan bahwa lingkungan ini aman untuk dia singgahi.

"Lebih tepatnya ruko kakaknya, dia biasa bantuin jaga di sini. Kalau orang tuanya jualan ikan di pasar." Tisya melangkah masuk ke dalam ruko dan mulai belanja kebutuhan.

Dari dalam Rilda muncul dengan ekspresif, menganga dan matanya berbinar. Dia hampir saja berteriak kalau tidak menyadari Tisya datang bersama seseorang. Rilda memelotot begitu mendapati Haryan yang rambut ikalnya terlihat sekilas dari dalam ruko. Secara spontan dia berubah menjadi gadis lugu yang anggun, baik hati, dan penuh sopan santun.

"Gue datang ke sini mau beli sabun cuci, mie lima, sabun mandi, beras...." Tisya memperhatikan arah pandangan Rilda. "Kenapa?"

Rilda kontan mengerjapkan mata. "Oh, nggak papa, aman."

"Hm, dasar cewek." Tisya pun menghampiri beberapa rak di dalam ruko untuk memasukkan beberapa perlengkapan di dalam keranjang pembelian.

Sementara itu, Rilda diam saja, tidak merespons.

Tuh, kan, dia beda, batin Tisya, curiga.

Dia pun membuka pembicaraan lagi. "Gue kira, lo kalau malam nggak bakal jaga ruko kakak lo juga."

"Mau nggak mau, eike... eh, gue kadang ngerjain PR juga di sini, nggak ada yang jaga, kakak sibuk soalnya," jawab Rilda seadanya.

Usai memenuhi keranjang belanjaan, keduanya berjalan ke meja kasir dan Tisya mengeluarkan dompetnya.

"Semuanya 57 ribu rupiah," kata Rilda, lebih singkat tanpa ada hiasan kata dari bahasa waria khasnya. "Lo ke sini sama siapa, Kak?"

Nah, itulah pertanyaan yang Tisya tunggu. Sambil membawa kantung plastik belanjaan, dia berjalan keluar dan melihat Haryan sudah dalam keadaan betis dihabisi nyamuk. "Sama Haryan."

Rilda manggut-manggut sambil ikut berjalan di belakang Tisya, begitu pandangannya bertemu dengan Haryan, dia tersenyum tipis. Sementara Haryan terlihat segera berdiri ketika mereka datang, menahan gatal pada kaki demi tidak terlihat norak di depan orang yang dia suka.

"Kak Haryan itu pacar Kak Tisya? Gue liat, kalian berdua terus."

Tisya refleks menyipitkan mata begitu mendengar pertanyaan itu. Pasalnya Rilda sudah pernah membahas tentang Haryan. Kenapa harus diulang lagi? Pertanyaan itu serius, sebab bahasa waria khas Rilda tidak keluar.

"Saudara," jawab Tisya cepat sebelum Haryan menyahut. Orang-orang jarang akan ada yang percaya kalau dia bilang mereka hanya sahabat. "Kami sepupuan, jadinya sering bareng, makanya gue bilang kalau dia tameng jurusan. Lo jangan salah paham yaaa. Eh, gue pulang dulu, nih."

Tisya menoleh ke Haryan. "Yan, nggak mau minta nomer Rilda?" tanyanya tanpa disaring atau dipikirkan lebih matang. "Calon Top Model, dia. Nggak mau lo rekrut?"

Sontak Rilda menepuk bahu Tisya. "Heh, ngawur!"

Tisya tertawa. "Lo makanya kalau natap kelamaan samperin dong." Greget dengan kedua orang yang gengsinya tinggi seperti gedung Burj Khalifa di Dubai alias gedung tertinggi di dunia, Tisya akhirnya blak-blakan.

Di detik itu juga Haryan mendadak tidak bisa bernapas. Bisa-bisanya Tisya menyergah seperti itu tanpa di-briefing dahulu. Haryan kaget setengah mati, dalam hati menunggu respons Rilda yang mungkin saja sesuai ekspetasinya selama ini atau malah sebaliknya.

Tisya dan TisyuWhere stories live. Discover now