14 - Bintang di Antara Awan-Awan

178 57 27
                                    

Tisya bilang kemarin, dia mau gagal move on saja ke Baza daripada menyukai seorang penyusup sekolah yang kemarin ramai digiring ke ruangan kepala sekolah.

Namun, ada berita ajaib nan menggemparkan pagi ini.

"ADA ANAK BARU CUY!" Adi, cowok di kelas 10 Akuntansi 3 mengagetkan para cewek yang sedang bergosip di Rabu pagi.

"HAH? MASA? MANA-MANA?"

"Ganteng masa?! Dia lagi otw ke sini." Wulan menambahkan, membuat beberapa siswi sontak berlari keluar kelas untuk melihat.

"Hah? Anak baru jurusan ini?"

"Jurusan mana?"

"Iya jurusan sini," jawab Adi.

Ketika dirasa pintu sudah penuh, siswi yang lain memilih berdiri untuk melihat wajah anak baru itu, sama seperti Tisya yang setengah syok dan mendadak merasa tidak baik-baik saja.

"Anak kelas ini bukan?"

Saat pertanyaan itu berkumandang, Tisya melihat Patru lewat di koridor depan kelasnya dengan satu tangan yang masuk ke dalam saku celana.

"Loh, itu penyusup kemarin yang viral di IG sekolah, kan?"

"Bukannya dia diadili di ruang kepsek ya?"

"Masa bermula dari menyusup, sekarang malah langsung pindah sekolah, sih?"

"Terus motif dia menyusup, apa dong?"

Sahut-sahutan siswa dalam kelasnya cukup nyaring, membuat pandangan Patru terkunci pada Tisya yang saat itu posisinya masih berdiri di atas meja. Ya, Tisya sudah lupa diri untuk menjaga image saking terkejutnya.

Posisinya sekarang, benar-benar berdiri di atas meja dengan ekspresi tegang sekaligus masih belum percaya terhadap apa yang dia lihat.

Jantung Tisya berdegup kencang ketika pikirannya mulai memunculkan dugaan di luar nalar yang berbeda dari para manusia SMK Wardhana Adibasra.

Nggak mungkin, kan, cowok itu pindah ke sini gara-gara ngejar gue? batinnya bertanya.

Patru mengalihkan pandangan saat dia sudah dekat dengan pintu kelasnya, 10 Akuntansi 1. Ternyata, sebagai anak baru, dia langsung masuk ke dalam kelas unggulan.

Di SMK Wardhana Adibasra hanya ada dua syarat jika ingin masuk ke dalam kelas unggulan atau kelas 1. Pertama, NEM atau nilai terakhir tergolong tinggi daripada rata-rata nilai siswa lainnya. Kedua, punya banyak uang sehingga bisa membayar uang gedung dan pematangan lahan yang lebih tinggi.

Seandainya Tisya ada di rumah Haryan, mungkin dia akan berteriak heboh ke arah cowok itu dan bercerita panjang kali lebar, kali tinggi, mengenai perasaannya yang menggebu-gebu saat ini.

Tiba-tiba Zafri masuk ke dalam kelas, memancing kerumunan siswi di kelasnya. Sebagai orang yang menjaga pagar dan memergoki Patru kemarin, pastinya Zafri menjadi orang pertama yang dimintai keterangan di kelas.

Cowok itu pun menjelaskan, "Kemarin dia ketemu Pak Adi alias Pak Kepsek. Dia mengaku kalau dia nyamar ke sini cuman untuk ngerasain jadi anak sekolah ini. Dia bilang, dia suka SMK Wardhana Adibasra dan kebetulan di sekolah lamanya, ada jurusan yang sama kayak sekolah ini. Dia pun ditawarin untuk pindah sekolah aja. Kalian tau apa?"

"Dia pindah sekolah."

"IYA, BENER!" Zafri jadi asik bercerita. "Gue sampe tercengang pagi itu. Dia ternyata anak orang kaya. Orang tuanya langsung datang pas diteleponin dan dia langsung ngurus surat pindah hari itu juga. Diterima sama Pak Adi Kepsek dengan gampangnya, padahal kita baru dua minggu masuk di semester dua. Nggak dianggap terlambat."

"Berduit, biasa. Jaman sekarang, mah, kalau mau gampang ya duit yang bicara."

"Haha, bener."

"Dia masuk 10 Akuntansi 1 ya? Pantas."

"Namanya Patrick, dipanggil Patru," tambah Zafri yang membuat para cewek di hadapannya manggut-manggut.

Di belakang, Tisya tidak bisa menahan senyum. Bagaimana tidak? Cowok itu sudah tampan, kaya lagi. Ah, pangeran berkuda yang dia tunggu sudah datang.

Dia tidak jadi gagal move on ke Baza.

Shinka menepuk bahu Tisya. "Jangan bilang, itu cowok Chindo yang lo tanyain ke kita hari itu."

"Oke, gue nggak akan bilang."

"Eh, bukan begitu maksudnya Tisya, Ya Allah." Shinka jadi sakit kepala.

* * *

Bermata sipit, berkulit putih, dan memiliki tinggi di atas 180 sentimeter membuat Patru menjadi pusat perhatian siswa SMK Wardhana Adibasra. Ternyata, sekolah ini membuatnya terlihat lebih istimewa dari ekspektasi awal. Mungkin karena sekolah ini lebih banyak diisi oleh orang kelas menengah ke bawah dan orang pribumi. Dia tidak melihat sama sekali siswa yang blasteran apa gitu, tidak ada, tidak seperti di sekolahnya yang lama, campuran dan banyak siswa blasteran.

Patru berjalan menuju gedung Jurusan Akuntansi dan disambut beberapa tatapan langka seolah dia adalah mahluk luar angkasa.

Paling lucunya, saat dia menemukan Tisya yang sedang berdiri di atas meja hanya untuk melihatnya. Setengah mati cowok itu menahan tawa dan menjaga image. Sudah cantik, lucu lagi, tipenya sekali.

Andai dia sedang tidak menjadi pusat perhatian sekarang, mungkin dia sudah menghampiri cewek itu untuk berkenalan lebih lanjut.

Dan andai saja Tisya tahu bahwa dia pindah ke sini bukan semata-mata untuk melihat SMK Wardhana Adibasra, sekolah yang baru berdiri tiga tahun lalu, melainkan hanya untuk mendekati cewek secantik Tisya.

Patru tertawa membayangkan motivasinya masuk ke sekolah ini, amat sepele sampai merelakan sekolah lamanya yang lebih elit. Tak apa, dia juga ingin berbaur dengan mereka.

Lumayan juga ketika harus menjadi bintang di antara awan-awan.

"Nama gue Patrick Arurialdi, panggil aja Patru, asal sekolah SMK Prajamulya. Jurusan awal Akuntansi, senang bisa berkenalan dengan kalian. Gue harap, kita bisa berteman," kata cowok itu ketika dia masuk ke dalam kelas 10 Akuntansi 1.

Lucu saja, saat selesai berkenalan, Patru sudah memikirkan bagaimana asiknya jam istirahat nanti. 

~ Tisya dan Tisyu ~

Tisya dan TisyuWhere stories live. Discover now