38 - Remaja-Remaja Ribut

124 39 12
                                    

Tinggalkan vote ya guys, gratis kok, gampang pula, sedetik aja. Komen-komenlah juga, biar rame gitu suasananya. Happy reading!

~ Tisya dan Tisyu ~

Sepulang dari rumah Baza, Tisya memisahkan diri dari Haryan. Alasannya simpel, malas berdebat.

Haryan itu ribet kalau baru pulang dari rumah Baza, soalnya terkadang dia hampir melakukan tindakan gila seperti ingin menculik Dzikavra ke rumahnya. Biasalah anak tunggal, sekali melihat adiknya orang, mau dibawa pulang juga.

Lagi pula, Tisya ingin saja berjalan-jalan sore. Boleh jadi dia bertemu dengan Rilda di taman dekat sekolah, latihan catwalk dan fokus pada cita-cita.

Benar saja, ketemu.

Namun, Rilda tidak sedang bersama teman-temannya, melainkan sedang bersama seorang cowok.

Tisya menyipitkan mata. Rilda kalau sudah bersama cowok, perangainya langsung berbeda. Menjadi lebih sabar, diam, dan tahu diri. Dia bisa merasakan keresahan Rilda yang terpancar melalui matanya.

Dan cowok itu adalah teman Tisya saat SMP dulu.

"Oh, si Andrika Candra, harusnya gue tau!" Tisya menganga tidak percaya. "Gue kira si Rilda itu naksir Haryan kemaren, ternyata eh ternyata, seleranya boleh juga."

Rilda yang posisinya saat itu sedang duduk di bangku taman sebelah cowok bernama Candra langsung melambaikan tangan begitu pandangannya bertumbuk dengan Tisya. "Hai!"

Tisya menyipitkan mata lagi. Biasanya Rilda kalau menyapa dia itu bukan pakai kata "Hai" tetapi pakai kata "Hellaw!" dan sejenis kata dalam bahasa khas lainnya.

Wah, bisa tertekan anak itu kalau jadian dengan orang yang tidak bisa menerima Rilda apa adanya. Tisya pun melambaikan tangan juga sebagai balasan.

Sejenak, Rilda seperti pamit ke Candra itu, lalu menyusul Tisya untuk berjalan bersama. Dia menolak untuk diajak pulang menaiki motor.

"Kak, tungguin!" Rilda kini berdiri di sebelah Tisya. "Fyuh, untung lo lewat."

"Tumbenan kalem."

Sambil merapikan anak rambut dengan menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan Candra pulang, Rilda menjawab, "Biasalah. Lo paham aja pasti Kak, harus mode kalem duluw."

"Yang tadi, cowok lo ya?"

"Ih iya, gimana, ganteng enggak?"

"Biasa aja."

Rilda meninju sekilas bahu Tisya, tidak bertenaga. "Dasar! Mentang-mentang dapetnya Kak Patru."

"Patru itu mantan ya."

"Loh iya? Pantesan udah nggak pernah bareng. Rumornya nyampe ke kelas eike tawu, ih. Buset dah Kak Tisya ternyata laku keras ya di sekolah kita, aw."

"Sekarang udah enggak." Tisya menampik malu-malu.

"Ah, masa?"

"Iyaaa." Tisya meninju balik bahu Rilda. "Lo denger dari mana rumornya? Perasaan itu sudah rumor yang lama banget, deh."

Rilda berpose kemudian mengeluarkan kacamata hitam dari sakunya. "Biasalah, mata-mata."

"Apa, sih? Nggak jelas banget, capek!" Tisya tertawa. "Jangan bilang lo tau juga kalau gue punya dua tameng jurusan."

Sembari membuka kacamata Rilda menjawab lagi. "Oh iya, yang waktu itu kita sapa, kan? Pacar lo Kak?"

"Bukan, ew." Tisya memutar bola mata. "Haryan itu, kan, maksud lo?"

Tisya dan TisyuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora