20 - Teror Mantan

157 42 19
                                    

Tisya membanting sepatunya ke dalam kamar. Hei, tebak apa? Dia benar-benar putus dengan Patru. Berita yang sangat mengejutkan bukan?

Hei, hei, hei, lucunya dia merasa sedih karena ada yang hilang dalam hidupnya ini. Namun, bukankah ini juga keinginannya sendiri? Sayang sekali, menjadi remaja dengan perasaan plin-plan memanglah tidak enak. Sebentar mau putus, semenit kemudian tidak terima.

Masih menangis, Tisya melihat ibunya pulang ke rumah tanpa membawa apa pun.

"Tisya jangan lupa nanti malam beli mie, oh ya, beli juga itu sabun cuci udah habis!" teriak ibunya yang sudah tahu bahwa Tisya sedang mengurung diri dalam kamar.

Tisya keluar dari kamarnya dan tiba-tiba melihat orang baru lagi yang kini sedang duduk di ruang tamu. Mata cewek itu mengamati dari atas sampai bawah penampilan pria itu. Satu kata yang mewakili pemikirannya sekarang, ya, tajir.

Kenapa nyokap gue selalu dapet selingkuhan yang kayak begini bentukannya? Lebih muda lagi, batinnya.

Pria itu tersenyum ke arah Tisya. "Tisya ya?"

"Eh, iya Om."

"Kelas berapa sekarang?"

Ih serem nanya kelas, pikir Tisya, selingkuhan nyokap entah kenapa kalau udah ketemu gue rasanya kayak mereka mau naksir gue aja gitu. Eh apa gue yang kepedean ya?

Tiba-tiba ibunya Tisya datang dari dalam dapur dan mulai memotong percakapan mereka berdua. Di saat inilah Tisya cepat-cepat kabur ke luar rumah dan pergi ke salah satu rumah sahabatnya yang tidak sibuk.

Kebetulan, karena Haryan hari ini sedang sibuk dengan seminar bisnis bersama ayahnya, Tisya pergi bermain ke rumah Baza saja.

Perlakuan ibu Haryan dan ibunya Baza itu amat berbeda terhadap Tisya. Kalau ibunya Haryan lebih memberikan apa yang Tisya butuhkan dan menawarkan segala kesempatan, sementara ibunya Baza lebih banyak mengajarkan Tisya berbagai macam skill ibu rumah tangga, masak khususnya.

Duh, rasanya Tisya sudah menjalankan simulasi menjadi menantu ibunya Baza saja.

Belum lagi, Baza memiliki adik kecil yang sangat ramah dan suka mengajak main. Pokoknya kalau main ke rumah Baza itu rasanya seperti sedang berada dalam keluarga sakinah mawaddah warahmah. Sayangnya, mereka sudah jadi mantan, sehingga Baza merasa biasa saja kalau Tisya datang ke rumahnya, bahkan cowok itu enggan keluar kamar dan asik mengerjakan tugas.

Sebuah pesan masuk mengalihkan perhatian cewek itu saat dia sedang bermain mobil-mobilan bersama adiknya Baza.

Hai Tisya, bisa ketemuan sekarang?

"Dih, siapa," cibir Tisya, refleks. "Nggak mungkin Patru ganti nomer, baru juga putus."

Aku Halina, mantannya Patru. Aku pengin bicara. Bisa kita ketemuan?

"Wooo!" Tisya berseru heboh.

Dzikavra, adik Baza, jadi berhenti bermain mobil-mobilan dan ikutan berseru, "Wooo!"

Tiba-tiba ponsel Tisya berdering, menandakan sebuah panggilan masuk. Cepat-cepat cewek itu menerimanya.

"Ya, halo? Siapa ya?" balas Tisya terhadap cewek bernama Halina di seberang sana.

"Hai Tisya, kita bisa ketemuan enggak ya? Ada yang mau aku omongin."

Loh, masih aja? Tisya mengernyit.

"Wooo!" Adiknya Baza menyahut lagi.

Tisya menoleh sebentar dan menjauhkan ponselnya dari Dzikavra. "Eh iya––"

Tisya dan TisyuWhere stories live. Discover now