35 - Akibat Sabar

117 38 26
                                    

Hai guys! Selama membaca part ini kalian harus menebalkan kesabaran😭. Ada 2300an kata, semoga kuat bacanya dan semoga dapat impact-nya, minimal dapet info kayak, "Oh ternyata PKL anak SMK ada yang begini, toh." Aamiin.

Oke? Jaga kesehatan mata jangan lupa. Terima kasih. Happy reading!

~ Tisya dan Tisyu ~

Kurangnya latihan, membuat presentasi Tisya dan Liza kacau balau. Liza yang sangat percaya diri presentasi bulan lalu bahkan tidak mampu berucap secara lancar, berulang kali melirik Tisya, bingung harus berkata apa.


Itulah akibat kurang latihan. Mereka sedang berada di perusahaan, bukan di sekolah, harus telaten.

Penjelasan sembrono dari Liza membuat Tisya yang rencananya saat itu menjadi moderator presentasi geram, dia pun menambahkan beberapa kalimat untuk melengkapi penjelasan Liza. Pada akhirnya, setelah Tisya menjelaskan, Liza juga menyahut untuk melengkapi. Sahut-sahutan selama presentasi terjadi, demi materi tersampaikan dengan baik.

Sekilas, Tisya kira, kerja sama mereka untuk presentasi tidaklah buruk. Poin utama materi-materi yang didapat di masa PKL bersama para karyawan cukup tersampaikan dengan baik.

Namun, siapa sangka, selesai presentasi, komentarnya justru membuat Tisya bagai tenggelam ke dasar bumi.

"Saya kecewa dengan presentasi terakhir kalian. Saya kira presentasi kalian ini akan menjadi presentasi terbaik. Ternyata tidak."

Kalimat menohok itu keluar dari mulut Bu Richie dengan tatapan tajam yang bisa membuat Tisya dan Liza lupa dunia seketika. Parah, mereka benar-benar menerima kritik sadis dari pembimbing perusahaan dan Ibu Kepala Bagian Departemen Human Capital.

"Presentasi kalian tadi menunjukkan tidak adanya kerja sama yang baik," tambah Bu Kalyna yang membuat atmosfer ruangan rapat lantai dua semakin menegang.

"Ya benar, presentasi kalian saling bersahut-sahutan. Pas Tisya bicara, Liza ikut bicara, gantian Tisya lagi, itu membuat pendengar pusing."

Peluh bercucuran dari dahi Tisya. Kedua tangannya saling menggenggam dan satu-dua kali memelintir jari telunjuk satu sama lain. Bahunya terasa seperti sedang menerima sebuah beban yang jauh lebih berat. Kalau jantung, bagai bola pingpong yang dioper ke sana ke mari, tak mau berdetak stabil.

"Lain kali, presentasi jangan begitu." Bu Kalyna menyilang tangan di depan dada menyandarkan punggung pada kursi. "Lebih baik, satu orang buat Power Point, satunya yang presentasi. Atau, Tisya bahas satu materi, Liza bahas satu materi, dalam satu Power Point. Jangan bersahutan satu materi dijelaskan dua orang tanpa terstruktur. Kalian tadi, seperti orang berdebat di depan, saling menambahkan hingga lupa aturan. Terus terang, saya tidak suka."

Tisya meneguk saliva. Kesalahan mereka yang pertama yaitu komunikasi, kedua adalah kepercayaan untuk bekerja sama. Masalahnya, Tisya tidak percaya bisa bekerja dalam tim dengan Liza. Laporan dan jurnal cewek itu saja serba terlambat nan ditunda-tunda sampai hari terakhir, apalagi jika Tisya membebankan tugas untuk membuat Power Point? Selesai mereka. Lagi pula, sebelum presentasi ini, dia sempat tanya pendapat Liza, jawabannya iya-iya terima saja.

Tisya juga tidak yakin bila harus mempercayakan sepenuhnya ke Liza untuk presentasi di depan. Liza hanya mencatat sedikit materi saat belajar bersama karyawan dan tak pernah terlihat latihan. Saat diajak latihan pun, malah sibuk sendiri.

Serbasalah. Tahu begitu, Tisya meminta untuk presentasi sendirian saja.

"Saya tidak suka desain Power Point-nya." Bu Richie menghela napas. "Suram, gelap, hanya ditambah ornamen-ornamen kantoran seperti meja-meja dan komputer, biasa saja. Apa yang menarik? Kalau kalian bukan keluarga dari karyawan-karyawan di sini, saya tidak mau melihat."

Tisya dan TisyuDove le storie prendono vita. Scoprilo ora